Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) masih memerlukan proses waktu yang lebih lama untuk kembali menerbangkan satu pesawat jenis Boeing 737 Max 8 dari hanggarnya dalam kondisi pandemi saat ini.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan belum dapat memastikan waktu yang tepat untuk kembali mengoperasikannya.
Terlebih saat ini Garuda hanya memiliki satu buah jenis pesawat jenis Boeing 737 Max 8 yang sudah diterima dan dikandangkan dari total kontrak dengan Boeing sebanyak 50 unit. Tentunya, dalam kondisi pandemi ini, Garuda hanya mengoperasikan pesawat berdasarkan asas prioritas dan kebutuhan.
“Timing belum ditentukan karena belum selesai dan kami saat ini hanya punya satu buah [Boeing 737 Max 8] di Garuda dan akan selalu mengoperasikan pesawat kita berdasarkan asas prioritas dan kebutuhan saat ini. Kami saat ini masih ada beberapa pesawat yang grounded belum terbang karena memang imannya belum ada, belum bisa untuk menerbangkan seluruh pesawatnya,”ujarnya, Minggu (22/11/2020).
Maskapai pelat merah tersebut pun sudah menerima kabar hasil keputusan otoritas Federal Aviation Administration di Amerika terkait dengan pencabutan larangan operasi Boeing Max 737. Irfan menyebutkan untuk mengaktifkan kembali penerbangan ini terdapat persiapan yang harus dilakukan termasuk persiapan pesawat dan re-training dari para pilotnya.
Menurutnya ada jangka waktu cukup lama untuk mengoperasikannya karena pilot Garuda harus melalui training dan re-sertifikasi. Tetapi, dia memastikan kontrak pemesanan sebanyak 49 unit sisanya kepada Boeing belum dibatalkan dan masih dilanjutkan.
Baca Juga
Sementara itu, dua tantangan utama masih akan menjadi kendala beroperasinya kembali pesawat Boeing dengan tipe 737 Max di sejumlah negara kendati Federal Aviation Administration (FAA) telah memberikan pernyataan resminya dalam mencabut larangan terbang.
Pemerhati penerbangan yang juga anggota ombudsman Alvin Lie menyampaikan selain persoalan menyakinkan persepsi publik akibat rendahnya tingkat keselamatan Boeing 737 Max 8 adalah perubahan pola perjalanan kedepan selama pandemi.
Menurutnya maskapai global telah mengalami turbulensi sehingga era penggunaan pesawat super jumbo sudah lewat. Alvin menyebut tren ke depan dalam industri ini adalah pesawat berbadan lebar dengan medium size seperti Boeing787 dan Airbus A350.
"Untuk pesawat boeing Sekaliber 737 Max Air saingannya adalah Airbus A320 atau A321. Tantangannya memang nggak sedikit karena jumlah penumpang akan bertahan, sulit kembali di level 2019 dalam beberapa tahun,"paparnya.
Pola perjalanan yang berubah termasuk untuk perjalananan bisnis akan berpengaruh terhadap angkutan udara. Bahkan untuk menyesuaikan dengan kondisi saat ini, Airbus telah menyiapkan A220 yang dari sisi ukuran lebih kecil dibandingkan dengan A320 dengan pola pengaturan kursi 3-2 yang lebih efisien.
"Apalagi sekarang bertumbangan,banyak pesawat murah dijual. Jadi pilihannya apakah membeli baru Boeing737 Max dengan resiko ditolak penumpang atau menggunakan pesawat lama bekas pakai yang masih efisien dan tidak mengalami tantangan persepsi konsumen,"tekannya.