Bisnis.com, JAKARTA – Rencana penghapusan bahan bakar minyak jenis Premium di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) dinilai bisa menjadi langkah baik guna memberantas mafia migas yang mengambil untung dari bahan bakar minyak bersubsidi itu.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menyebutkan konsumen premium di dunia yang sangat sedikit, membuat harga BBM tersebut di pasar internasional menjadi tidak ada referensi yang pasti.
Fahmy berpendapat, hal itu membuat terjadinya praktik mafia migas karena proses pengadaannya yang tidak transparan. Pengadaan impor BBM Premium dilakukan dengan blendingdi kilang minyak Singapura dan Malaysia, yang harganya bisa lebih mahal.
“Tidak adanya harga patokan bagi BBM Premium berpotensi memicu praktek mark-upharga, yang menjadi lahan bagi Mafia Migas untuk berburu rente,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (22/11/2020).
Mantan Anggota Tim Anti Mafia Migas itu mengatakan, penghapusan BBM premium telah direkomendasikan sejak 5 tahun lalu karena adanya potensi praktik kotor tersebut.
Namun, dia menilai penghapusan BBM Premium pada masa pandemi Covid-19 akan semakin memperberat beban masyarakat karena konsumen harus migrasi ke Pertamax, yang harganya lebih mahal.
Baca Juga
Dengan demikian, untuk meringankan beban masyarakat, penghapusan BBM di bawah RON 91 harus disertai dengan penurunan harga Pertamax RON 92.
“Bagi Pertamina, sesungguhnya masih ada ruang untuk menurunkan harga BBM Pertamax. Pasalnya, trend harga harga minyak dunia masih cenderung rendah. Saatnya bagi Pemerintah untuk menghapus BBM Premium dan menurunkan harga BBM Pertamax dalam waktu dekat ini,” ungkapnya.