Bisnis.com, JAKARTA – Maskapai berbasis di Dubai, Emirates mengangkut 1,5 juta penumpang selama periode April hingga 30 September 2020 atau turun 95 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Chairman dan Chief Executive Emirates Airline dan Group Yang Mulia (YM) Sheikh Ahmed bin Saeed Al Maktoum Selama enam bulan pertama tahun 2020-21, Emirates telah menghentikan 3 pesawat lama dari armadanya sebagai bagian dari strategi jangka panjangnya untuk meningkatkan efisiensi.
Selain itu, kata dia, seperti arahan yang diberikan oleh Otoritas Umum Penerbangan Sipil UEA, Emirates menangguhkan penerbangan penumpang pada 25 Maret 2020 untuk sementara waktu bekerja sama dengan pemerintah dankedutaan untuk mengoperasikan layanan repatriasi hingga Bandara Internasional Dubai (DXB) dibuka kembali untuk penumpang transit dan penerbangan penumpang terjadwal
“Emirates kemudian secara bertahap memulai kembali operasi penumpang terjadwal pada 21 Mei. Pada 30 September, Emirates telah mengoperasikan layanan penumpang dan kargo ke 104 kota dan mengangkut 1,5 juta penumpang dari 1 April hingga 30 September 2020, turun 95 persen dari periode sama tahun lalu,”jelasnya melalui siaran pers, Kamis (12/11/2020).
Selama periode ini pula, volume kargo yang diangkut Emirates sebesar 0,8 juta merosot sebesar 35 persen. Kendati demikian Emirates masih dapat mengangkut volume kargo sebesar 65 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini menunjukkan fleksibilitas divisi kargo yang luar biasa dalam mengadaptasi operasinya untuk menyediakan layanan angkutan udara dalam keadaan baru ini.
Memanfaatkan Skycargo, Emirates telah menyelesaikan sebagian retrofit dari 10 pesawat penumpang Boeing 777-300ER untuk mengangkut barang di dek utama hingga memperkenalkan protokol operasi baru untuk mengangkat kargo dengan aman di kabin penumpang serta memulai kembali serta meningkatkan skala jaringan globalnya dengan cepat dan menerapkan protokol keamanan dan kesehatan yang komprehensif bagi seluruh karyawan.
Baca Juga
Pada pertengahan pertama tahun fiskal 2020-21, kerugian maskapai yang berbasis di Dubai tersebut mencapai AED12,6 miliar (US$3,4 miliar) dibandingkan dengan laba tahun lalu sebesar AED 862 juta (US$ 235 juta). Pendapatan operasional lainnya, turun sebesar 75 persen menjadi AED 11,7 miliar (US$ 3,2 miliar) dibandingkan dengan AED 47.3 miliar (US$ 12.9 miliar) yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu.
Hasil ini disebabkan oleh pembatasan penerbangan dan perjalanan yang hampir merata di seluruh dunia
terkait pandemi COVID-19.
Biaya operasional Emirates berkurang 52 persen dibandingkan penurunan kapasitas keseluruhan sebesar 67 persen. Biaya bahan bakar menjadi 83 persen lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh turunnya harga bahan bakar (yang turun sebesar 49 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu) dan penggunaan bahan bakar di pesawat yang lebih rendah sebesar 76 persen karena berkurangnya secara substansial operasi penerbangan selama enam bulan hingga akhir September.
Bahan bakar, yang selalu menjadi komponen terbesar dari biaya maskapai dalam siklus-siklus pelaporan
sebelumnya, hanya menyumbang 11 persen dari biaya operasional dibandingkan dengan enam bulan pertama tahun lalu sebesar 32 persen.