Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apindo: Kegiatan Manufaktur Akhir Tahun Berjalan dengan Asumsi Normal

Dalam kondisi normal, kegiatan produksi di industri manufaktur memang cenderung akan mengalami penurunan di akhir tahun karena libur natal dan tahun baru.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani (kiri), berdiskusi dengan Ketua bidang Industri Manufaktur Apindo Johnny Darmawan, di sela-sela Public Policy Discussion, di Jakarta, Rabu (21/6)./JIBI-Dwi Prasetya
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani (kiri), berdiskusi dengan Ketua bidang Industri Manufaktur Apindo Johnny Darmawan, di sela-sela Public Policy Discussion, di Jakarta, Rabu (21/6)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi virus Corona hingga hari ini masih menjadi hambatan terbesar untuk roda industri manufaktur kembali berputar dengan cepat.

Di samping daya beli yang belum stabil, libur panjang di akhir tahun kini menjadi tantangan tambahan bagi pelaku industri manufaktur Indonesia.

Kondisi manufaktur Indonesia belum menunjukkan adanya tanda penguatan yang berarti meskipun setelah anjlok pada April dan September, indeks IHS Markit Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia terus naik.

Hasil survei Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari IHS Markit berada di level 47,8 pada bulan Oktober 2020. Angka tersebut naik sedikit dari posisi bulan September 2020 di level 47,2.

Ketua Industri Manufaktur Apindo Johnny Darmawan mengutarakan bahwa pelonggaran kebijakan PSBB di DKI Jakarta menjadi PSBB Transisi turut mendongkrak kepercayaan diri pelaku usaha untuk menggenjot produksi di bulan November.

"Ini untuk asumsi dengan kondisi normal, kita belum tahu nanti seperti apa perkembangan pandemi di akhir tahun," ujarnya kepada Bisnis (13/11/2020).

Dalam kondisi normal, kegiatan produksi di industri manufaktur memang cenderung akan mengalami penurunan di akhir tahun karena libur natal dan tahun baru.

Kebutuhan konsumen di periode tersebut akan diantisipasi dan dipenuhi melalui peningkatan produksi sepanjang November hingga awal Desember dan memberikan prospek indeks PMI yang lebih baik di kuartal IV/2020.

Johnny juga menyebutkan rebound angka indeks PMI sangat dipengaruhi oleh keadaan suplai dan permintaan.

Saat ini, ungkapnya, daya beli masyarakat masih cukup rendah meskipun sudah ada dana stimulus PEN namun belum cukup kuat untuk mengembalikan appetite ke kondisi semula dengan adanya pergeseran perilaku konsumsi.

Jika November ini tidak ada aral melintang, kondisi pandemi membaik serta pusat perbelanjaan dan hiburan kembali beroperasi normal, Johnny mengharapkan kegiatan produksi akan mengalami peningkatan dan pada akhirnya mengerek PMI.

"Dari 47,8 di Oktober, saya rasa angka pada November akan mengalami kenaikan tapi masih di sekitar itu. Kenaikannya bertahap apalagi kalau mau kembali menyentuh 50, harus dipastikan dulu kondisi ekonomi stabil dan kegiatan produksi normal," ujarnya.

Dia juga menambahkan bahwa pada umumnya, selama pandemi hampir semua perusahaan merugi, khususnya di industri manufaktur. Tetapi ada juga yang diuntungkan meskipun pendapatannya tidak setinggi tahun lalu seperti produsen alat kesehatan, produk makanan dan minuman esensial, dan telekomunikasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper