Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pengembang lahan industri PT Surya Semesta Internusa Tbk. membidik sejumlah sektor yang diharapkan masuk ke kawasan industri terintegrasi andalan perseroan yaitu Subang Smartpolitan.
Presiden Direktur Surya Semesta Internusa Johannes Suriadjaja mengungkapkan saat ini pihaknya memang lebih banyak mengincar sektor otomotif untuk diajak masuk ke Subang Smartpolitan.
“Tapi kami harapkan di situ ada teknologi baru, apakah itu EV (electronic vehicle) ataupun derivatifnya dari situ [otomotif],” kata Johannes, Rabu (11/11/2020).
Selain sektor otomotif, emiten berkode saham SSIA itu juga ingin menarik pelaku usaha dari sektor yang bergerak di bidang teknlogi hijau seperti solar panel, peritel (Fast Moving Consumer Goods/FMCG), manufaktur presisi, farmasi, hingga biotekonologi.
Menurut Johannes, manufaktur presisi selama ini lebih banyak masuk ke Singapura, Malaysia, dan Vietnam.
“Nah sebenarnya Indonesia ini terbelakang dan sekarang lagi giat-giatnya untuk manufaktur presisi, farmasi, dan bahkan nanti bioteknologi. Karena smart sustainability ini penting buat kita,” ujar Johannes.
Baca Juga
Selain sektor yang disebutkan di atas, SSIA juga telah menjalin komunikasi dengan perusahaan yang bergerak di bidang industri kimia hijau (green chemical related industry).
Johannes optimistis sejumlah sektor yang dibidik itu bakal mampu didapatkan perseroan karena saat ini SSIA tengah mengambil momentum relokasi pabrik dari negara-negara Asia Timur. “Keliatannya pasar cukup bagus terutama limpahan dari China, Taiwan, Korea Selatan, Jepang,” imbuh Johannes.
Adapun, diversifikasi pabrik dari China pada masa perang dagang AS-China menjadi salah satu kesempatan yang tidak akan dilewatkan oleh SSIA.
Kendati terjadi perubahan kepemimpinan di Amerika Serikat dari Donald Trump menjadi Joe Biden, Johannes melihat kebijakan Negeri Paman Sam belum akan terlalu banyak berubah. Kedua negara adidaya itu akan tetap bersaing dan keinginan AS untuk mendorong supaya rantai pasokannya menjauhi China akan terus berlanjut.
“Nah, ini kita dapat, Indonesia tentu saja. Indonesia ada lah inquiries seperti ini dan kita sedang bicarakan yang bidang supply chain dari China,” tutur Johannes. Adapun, groundbreaking tahap pertama Subang Metropolitan seluas 400 hektar baru akan dilaksanakan pada 18 November 2020.
Secara keseluruhan, Subang Smartpolitan memiliki lahan seluas 2.717 hektare yang pembangunannya dibagi ke dalam 4 tahap. Johannes memperkirakan kawasan industri terintegrasi yang terdiri dari kawasan komersial, industrial, residensial, serta fasilitas dan infrastruktur penunjang ini akan siap diserahterimakan pada kuartal I/2023.