Bisnis.com, JAKARTA – Tren kenaikan harga komoditas pangan global yang terjadi dalam lima bulan beruntun sejatinya telah diprediksi sejak awal pandemi.
Kenaikan harga pangan tersebut merupakan buntut dari aktivitas pertanian yang turut terhadang kebijakan karantina.
“Rata-rata pemasok komoditas pangan yang diimpor Indonesia untuk kebutuhan industri makanan itu berasal dari negara maju, padahal kebijakan mereka lebih banyak berorientasi ke kesehatan dengan lockdown,” kata Wakil Ketua Umum Bidang Makanan Olahan dan Industri Peternakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Juan Permata Adoe saat dihubungi Bisnis, Kamis (12/11/2020).
Selain itu, permintaan pada makanan olahan pun disebut Juan cenderung naik sehingga permintaan impor meningkat. Di tengah produksi yang terbatas, kenaikan harga pun menjadi tak dihindari.
“Tapi saya harap kenaikan ini hanya sementara dan tidak berlanjut karena daya beli masyarakat belum pulih,” ujarnya.
Sebagai langkah antisipasi, Juan mengatakan jaminan kemudahan perdagangan dan bisnis yang dijalin Indonesia dengan negara mitra bisa menjadi solusi. Dia berpendapat hal ini akan memudahkan pelaku usaha melakukan pemesan, sekaligus menjadi jalan masuknya investasi.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies mengatakan bahwa sejauh ini para produsen terigu belum melaporkan adanya gangguan pasokan dan kenaikan harga. Dia memperkirakan aktivitas produksi masih aman untuk waktu dekat.
“Sejauh ini belum ada laporan kesulitan pasokan, maupun soal harga. Stok untuk saat ini pun dalam kondisi aman,” kata Ratna.
Produk serealia menjadi salah satu komoditas yang dilaporkan mengalami kenaikan. Indeks harga sereal FAO menunjukkan adanya kenaikan 7,2 persen dibandingkan dengan September dan 16,5 persen lebih tinggi dibandingkan dengan Oktober 2019.
Kenaikan ini merefleksikan meningkatnya permintaan global di tengah menurunnya kemampuan ekspor negara produsen akibat kondisi yang tak mendukung seperti di Argentina dan berlanjutnya cuaca kering yang memengaruhi masa tanam gandum saat musim dingin di Eropa, Amerika Utara, dan negara sekitar Laut Hitam.