Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Properti Rumah Tapak Menuju Pemulihan

Bisnis properti subsektor perumahan disebutkan dalam proses menuju pemulihan setelah dihantam pandemi corona sejak Maret lalu.
Foto udara perumahan di Ciwastra, Bandung, Jawa Barat./Bisnis/Rachman
Foto udara perumahan di Ciwastra, Bandung, Jawa Barat./Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Tren hunian rumah tapak pada tahun depan terbilang cukup prospektif meskipun secara keseluruhan kondisinya belum pulih.

Managing Director Strategic Business & Services Sinar Mas Land Alim Gunadi mengatakan jika dilihat tren selama pandemi Covid-19 pada 2020 untuk hunian khususnya rumah tapak akan tetap mempunyai prospek walaupun secara keseluruhan belum pulih.

Tren pada kuartal II/2020 terdapat permintaan rumah tapak khususnya di Jabodetabek meningkat sekitar 89 persen dari kuartal I/2020 yang hanya 1.229 unit. Pada saat kuartal I/2020 saat mulai pandemi terjadi penurunan permintaan rumah tapak dari kuartal IV/2019 yang mencapai 2.478 unit.

"Saat ini dalam tahap titik ekuilibrium baru dan jika dilihat secara umum rumah tapak akan lebih cepat pulih," ujarnya kepada Bisnis pada Senin (9/11/2020).

Menurutnya, hal ini disebabkan beberapa hal seperti yakni adanya kecenderungan perubahan perilaku customer pada saat Covid-19 yang harus menghabiskan waktunya di rumah sehingga membutuhkan rumah yang lebih nyaman secara desain dan didukung oleh fasilitas yang baik.

"Karena adanya program emphatic dari developer seperti program Move In Quickly dari Maret sampai dengan Desember 2020 yang memberikan kemudahan bagi customer, first home buyer dan investor untuk memiliki rumah," tuturnya.

Selain itu, adanya cerukan pasar properti yang cukup besar di market milenial sehingga permintaan pun meningkat. Tak hanya itu, stimulus dari kalangan perbankan dengan bunga KPR yang rendah atau single digit dan juga paket KPR yang memudahkan bagi customer dan first home buyer untuk melakukan pembelian propertinya melalui bank.

"Kalau dilihat dari pergerakan harga akan perlahan naik tetapi masih menunggu juga berbagai faktor yang memengaruhi supply versus demand secara keseluruhan," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper