Bisnis.com, JAKARTA — PT Bukit Asam Tbk. menyatakan bahwa proyek pengembangan gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter segera memulai tahap konstruksi pada semester pertama tahun depan.
Dalam proyek ini, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menggandeng perusahaan gas berbasis di Amerika Serikat, Air Product & Chemical Inc. dan PT Pertamina (Persero).
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengungkapkan bahwa PTBA dan kedua partnernya tersebut tengah menyiapkan rencana kerja sama secara legal dan diharapkan penandatanganan kesepakatan kerja sama lebih lanjut dapat direalisasikan pada November tahun ini.
"Kami akan mulai EPC [engineering, procurement & construction]-nya pada triwulan I, triwulan II 2021. Sekarang kami sedang menyiapkan kerja sama secara legal dengan Air Product dan Pertamina dan diharapkan bisa tanda tangan November ini apabila semua kesepakatan bisnis secara legal dan secara bisnis sudah kami sepakati," ujar Arviyan dalam konferensi pers kinerja kuartal III/2020 secara virtual, Jumat (6/11/2020).
Proyek DME yang akan dibangun di Tanjung Enim, Sumatra Selatan tersebut menelan biaya investasi senilai US$2,1 miliar.
Arviyan menuturkan bahwa nilai investasi tersebut sepenuhnya atau 100 persen akan ditanggung oleh Air Product, sedangkan PTBA bertanggung jawab menyuplai kebutuhan batu bara untuk DME dan Pertamina akan bertindak sebagai pembeli produk DME. Dengan demikian, PTBA tidak akan menanggung beban risiko finansial dan konstruksi.
Baca Juga
Meski PTBA sama sekali tidak mengeluarkan investasi dalam pembangunan proyek tersebut, imbuh Arviyan, perseroan akan diberi opsi untuk memiliki saham di proyek tersebut setelah fasilitas gasifikasi batu bara itu berhasil berproduksi selama 1 tahun.
"Kami diberikan opsi untuk memiliki saham di perusahaan tersebut yang jangka panjang proyek ini BOT [build, operate & transfer]. Jadi, setelah 20 tahun pabrik ini akan dimiliki oleh JV [joint venture] PTBA dan Pertamina. Itu opsi setelah berproduksi 1 tahun," katanya.
Sementara itu, dia memastikan harga jual DME nantinya akan memiliki nilai keekonomian yang baik bagi masyarakat maupun investor.
"Ini [harga DME] sudah ada kesepakatan angka, tapi belum bisa saya sampaikan, yang penting harga DME ini memiliki nilai keekonomian, baik untuk investor maupun masyarakat," katanya.
Proyek ini direncanakan memiliki kapasitas produksi 1,4 juta ton DME per tahun. Produk DME tersebut diharapkan nantinya bisa dimanfaatkan sebagai substitusi LPG dan akan membantu negara mengurangi ketergantungan impor LPG.