Bisnis.com, JAKARTA – Resesi ekonomi imbas pandemi virus corona atau Covid-19 berdampak langsung terhadap pelaku usaha, baik industri besar hingga usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), termasuk industri pengolahan kulit di Sukaregang, Kecamatan Garut Kota, Garut, Jawa Barat.
Wakil Direktur PT Garut Makmur Perkasa Indrawan mengakui bahwa pandemi Covid-19 sangat berdampak langsung terhadap kelangsungan bisnis pengolahan kulit. Penjualan katanya menurun drastis sejak pandemi ditetapkan sebagai bencana nasional pada awal tahun 2020 lalu.
"Sepanjang Februari sampai Juni penjualan mengalami penurunan. Bahkan pada Maret kita sama sekali tak bisa menjual produk sejak Covid-19 ditetapkan sebagai pandemic dan bencana nasional,” ujarnya, dalam keterangan pers yang diterima Bisnis, Jumat (6/11/2020).
Namun, ,enurutnya, seiring dengan ditetapkannya adaptasi kebiasaan baru, roda perekonomian semakin membaik. Penjualan yang semula nihil mulai tumbuh, terlebih menjelang Hari Raya Idul Fitri pada pertengahan tahun 2020.
Meski demikian, dirinya tetap berharap pemerintah memberikan insentif kepada para pelaku industri, sehingga operasional perusahaan yang kini hanya sebesar 80 persen dari kondisi normal dapat kembali pulih.
"Sekarang kami dapat banyak order untuk bahan sepatu TNI. Kami berharap pandemi ini segera berakhir sehingga sektor ekonomi dapat kembali bergeliat,” tuturnya.
Baca Juga
Garut sendiri dikenal sebagai salah satu sentra industri pengolahan kulit terbesar di Indonesia. Bisnis ini menyerap cukup banyak tenaga kerja karena merupakan industri padat karya.
Adapun, pengusaha Sandiaga Uno berharap pemerintah dapat terus mendukung industri pengolahan kulit ini. Apalagi saat ini produk yang dihasilkan sudah memiliki kualitas internasional yang tak kalah dibandingkan dengan produk luar negeri.
Salah satu bantuan tersebut dapat berupa insentif, baik dari sisi kebijakan maupun keringanan fiskal. Ppemerintah juga perlu memberikan insentif kepada para pelaku usaha, terutama bagi pelaku usaha UMKM sedangkan dukungan bagi industri besar dibutuhkan agar likuiditas perusahaan tetap lancer.
"Dengan begitu, industri kulit bisa tetap bertahan di tengah pandemi. Jika tidak ada perhatian, akan banyak karyawan kehilangan pekerjaan," katanya.