Bisnis.com, JAKARTA - Menristek/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro menyebut tenaga kesehatan belum memberi keberpihakan terhadap obat modern asli Indonesia (OMAI) sehingga masih kalah dengan obat-obatan kimia. OMAI adalah obat modern dengan bahan baku seluruhnya asli dari kekayaan alam Indonesia.
Dia menjelaskan tenaga kesehatan, khususnya dokter memiliki wewenang untuk menentukan obat yang dipakai pasiennya. Mayoritas dokter memberikan obat kimia dalam mengobati berbagai macam penyakit
"Misal penyakit ginjal, dokter terbiasa pakai obat ginjal yang impor, maka kita harus punya strategi dokter mulai beralih ke firtofarmaka. Ini problem terbesar. Dokter belum berani atau terbiasa gunakan OMAI untuk pasiennya," tuturnya dalam webinar, Jumat (6/11/2020).
Selain itu, OMAI juga belum masuk ke jaringan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hal ini tentu menyulitkan OMAI atau fitofarmaka bersaing dengan obat berbahan baku impor.
"Harus ada pemihakan ketegasan bahwa kita prioritaskan obat yang basisnya ada di negara kita sendiri. Kalau masuk JKN, saya yakin ini akan berkembang dan banyak pihak yang akan melakukan riset," tuturnya.
Bambang menyebut faktanya bahan baku obat kimia di Indonesia, 95 persen bahan bakunya diimpor. Diakuinya masyarakat mungkin tertipu dengan statement bahwa sudah banyak obat yang dibuat di Indonesia, itu tidak ditampik Bambang, tetapi obat tersebut dalam bentuk akhir atau sudah jadi, sementara bahan bakunya masih impor.
"Ini cukup menguras devisa kita. OMAI harus jadi prioritas nasional," tegasnya.
Lebih lanjut dia menyebut perlu upaya agar OMAI bisa merajai sektor farmasi di Indonesia, tentunya harus didukung semua pihak, mulai dari proses ekstraksi, riset, pengembangan, hingga penggunaannya.
Menurutnya Indonesia perlu belajar ke Korea. Semua pihak mempromosikan ginseng, herbal yang kini dikenal milik negara tersebut.
"Kita belum ada fanatisme untuk herbal yang berasal dari Indonesia," pungkasnya.