Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak 108 calon proyek investasi akan ditawarkan dalam Forum Bisnis Indonesia-Amerika Latin dan Karibia (INALAC) 2020.
Dirjen Amerika Eropa Kementerian Luar Negeri, Ngurah Swajaya, mengatakan proyek tersebut terdiri dari 10 sektor di antaranya pariwisata, agrikultur, infrastruktur, logistik, dan industri lain yang lokasinya berada di 11 daerah di Indonesia.
Hingga saat ini, sudah ada 130 perusahaan Indonesia dan 106 perusahaan Amerika Latin dan Karibia yang telah mendaftar untuk berpartisipasi dalam forum INALAC. Mereka terdiri dari pertanian, kendaraan, dan suku cadang.
“Kita memiliki 108 ready to offer investment project. Proyek ini sudah clean and clear, tidak ada lagi masalah lahan, perizinan, jadi tinggal masuk saja,” katanya kepada Bisnis, Selasa (3/11/2020).
Ngurah memaparkan nilai investasi Amerika Latin dan Karibia masih kecil yaitu US$44,01 juta di 111 proyek. Dengan adanya forum tersebut, investasi dari 33 negara di kawasan tersebut semakin meningkat.
INALAC bertujuan untuk meningkatkan interaksi bisnis dan mengoptimalkan pasar Amerika Latin dan Karibia bagi ekspor Indonesia. Di tengah pandemi, acara tahunan ini akan tetap digelar secara virtual pada 9 - 11 November 2020.
INALAC 2019 mencatatkan komitmen investasi US$5 miliar di sektor pertambangan. Sementara itu, kerja sama perdagangan mencapai US$33,12 juta, sedangkan kerja sama perdagangan mencapai US$33,12 juta.
Kendati pandemi telah berdampak pada keseluruhan kinerja perdagangan Indonesia, pemerintah tetap optimistis untuk menggarap pasar non tradisional. Hal ini terbukti dari minat para pengusaha dari Amerika Latin dan Karibia.
Bahkan, Ngurah mengungkapkan sudah ada kesepakatan perdagangan di sektor ritel dan furnitur antara RI - Meksiko yang nilainya sekitar dua kali lipat dari total nilai transaksi INALAC tahun lalu.
“Misi kami tahun ini tidak terlalu muluk-muluk. Kalau transaksinya sama dengan tahun lalu saja sudah bagus. Kalau bisa melebihi ini indikasi dalam situasi [pandemi]. Meski pandemi kita tidak kurang semangat,” terangnya.
Sejauh ini, perdagangan dan investasi RI dengan Amerika Latin dan Karibia masih sangat mini, yakni hanya mengisi 0,36 persen pasar di kawasan tersebut. Sejumlah hambatan psikologis seperti jarak yang jauh masih menjadi hambatan utama.
Di samping itu, perjanjian perdagangan juga masih terbatas dengan Chile. Namun, sudah ada penjajakan dalam penyusunan preferential trade agreement (PTA) dengan Peru, Ekuador, Kolombia, dan juga kawasan Mercosur.
Beberapa negara di Asean seperti Vietnam sudah memiliki Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan negara di Amerika Latin sehingga bebas bea masuk. Hal ini membuat Indonesia tertinggal di nomor empat terkait dengan nilai perdagangan dengan Amerika Latin.
“Ini kan pasar baru, mesti kita jajaki. Mudah-mudahan mungkin tidak tahun ini, tapi tahun depan akan lebih banyak interaksinya dengan Covid-19 sudah semakin bisa diatasi,” tandasnya.