Bisnis.com, JAKARTA - Kemenangan Trump yang tidak terduga dapat melemahkan mata uang dan obligasi negara berkembang. Namun, efek ini diyakini hanya sementara.
Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan kemenangan Trump sebenarnya dapat menguntungkan dari sisi makro, perdagangan, dan investasi / FDI Indonesia dalam jangka menengah, mengingat pendekatan positif pemerintah AS saat ini terhadap Indonesia.
Seperti diketahui, Indonesia kini menjadi satu-satunya negara Asia yang masih menerima fasilitas GSP secara penuh. AS telah menghapus sepenuhnya atau sebagian fasilitas GSP untuk mitra dagang regional lainnya, termasuk India, Turki, Thailand, Kazakhstan.
"Kami pikir langkah GSP, yang diumumkan setelah kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Jakarta, dapat memberikan gambaran sekilas tentang perspektif Presiden AS Donald Trump, yang pernah menggambarkan Presiden Indonesia Joko Widodo sebagai "teman"-nya," ujar Satria, Selasa (3/11/2020).
Sementara itu, dia melihat kemenangan Joe Biden telah dibaca pasar, seiring dengan munculnya sentimen risk-on yang terefleksi dari kenaikan imbal hasil US treasury tenor sepuluh tahun menjadi 0,84 persen dari posisi 0,55 persen pada Agustus lalu.
Satria mengungkapkan celah polling Trump-Biden hanya sedikit di atas margin kesalahan sekitar 3 persen - 5 persen.
Tetapi margin ini hanya berlaku dalam keadaan normal, tidak selama Covid ketika orang-orang kurang mau memilih, apalagi menggunakan sistem baru seperti surat seperti dalam pemungutan suara saat ini.
"Ada laporan tentang partisipasi pemilih yang rendah di negara bagian utama seperti Florida dan Pennsylvania, basis pendukung Biden dari segmen demografis masyarakat kulit hitam dan Latin," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar mengungkapkan Indonesia memiliki hubungan baik dengan partai dan administrasi dari partai Republik. Di lain pihak, hubungan dengan pemerintah dari partai demokrat juga cukup baik.
"Saya sih merasa hubungan bilateral tidak akan banyak terpengaruh malah," ungkapnya kepada Bisnis, Senin (3/11/2020).
Saat ini, dia menuturkan hal yang paling diharapkan oleh Indonesia adalah bagaimana momentum terkait dengan hubungan dagang kedua negara bisa tetap terjaga.