Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Perpanjang Fasilitas Keringanan Bea Masuk, Begini Harapan Jokowi

Jokowi meminta agar perpanjang fasilitas keringanan bea masuk atau GSP dari Amerika Serikat dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Presiden Joko Widodo menerima Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis 29 Oktober 2020 / Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo menerima Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis 29 Oktober 2020 / Biro Pers Sekretariat Presiden

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap perpanjangan fasilitas keringanan bea masuk atau GSP dari Amerika Serikat akan memberikan daya ungkit ekspor. Selain itu, fasilitas tersebut juga dapat menjadi alat untuk mendorong investasi.

"Kita adalah satu-satunya negara di Asia yang mendapatkan fasilitas ini dan kita harapkan ekspor kita akan bisa naik, melompat karena fasilitas GSP diberikan kepada kita," kata Jokowi membuka sidang kabinet paripurna, Senin (2/11/2020).

GSP tersebut, kata Jokowi, juga dapat dimanfaatkan untuk menarik investasi ke Indonesia. "Karena orang ingin mendirikan industri pabrik perusahaan di Indonesia akan menjadi lebih menarik karena untuk masuk ke Amerika kita diberikan fasilitas dari Amerika," kata Presiden.

Sementara itu, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan gagal memenuhi target Presiden Joko Widodo. Pada kuartal III/2020, pertumbuhan investasi terkoreksi lebih kurang 6 persen.

Padahal, kata Presiden, sebelumnya telah mewanti-wanti Kepala BKPM dan Menko Marinves untuk menjaga pertumbuhan investasi agar tidak terkoreksi lebih dari 5 persen.

“Tapi ternyata belum bisa. Oleh sebab itu, agar ini dikejar di kuartal keempat dan kuartal I bulan Januari, Februari, Maret sudah mulai gerak lagi,” kata Jokowi.

Adapun, Jokowi juga mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal ketiga terkoreksi 3 persen dibandingkan dengan triwulan ketiga tahun lalu. Salah satu penyebabnya adalah konsumsi rumah tangga yang lebih kurang minus 4 persen pada periode yang sama.

Dengan demikian, Indonesia telah dua kali mencatat pertumbuhan ekonomi terkoreksi negatif. Pada kuartal II, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen.

Kendati demikian, Presiden mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga dalam tren positif, karena lebih baik dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya. Selain itu, Presiden juga mengklaim kondisi Indonesia lebih baik dibandingkan dengan negara lain.

“Dan ini memang kalau dibanding negara lain jauh lebih baik, tapi ini patut kita berikan tekanan untuk kuartal keempat,” ujarnya.

Presiden melanjutkan bahwa kuartal terakhir tahun ini harus benar-benar dimanfaatkan. Realisasi belanja pemerintah harus berada pada titik yang paling maksimal.

“Hati-hati tolong disampaikan kepada Dirjen, Direktur, dan di seluruh jajaran yang Bapak Ibu pimpin, kuartal keempat bisa maksimal,” kata Presiden.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper