Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) berharap adanya insentif yang diberikan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur pembangkit listrik panas bumi atau geotermal.
Senior Vice President Corporate Strategy Planning and Development PT Pertamina (Persero) Daniel Purba mengatakan bahwa kendati potensi panas bumi di Indonesia sangat besar, untuk merealisasikannya masih terdapat tantangan berat.
Lokasi panas bumi yang sulit dijangkau menjadi tantangan yang paling berat dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Pasalnya, akses mobilisasi yang sangat sulit perlu adanya pembuatan akses yang membutuhkan belanja modal yang besar.
"Mudah-mudahan ada beberapa paket atau regulasi baru sehingga biaya yang dikeluarkan untuk infrastruktur bisa dikembalikan, return semakin menarik. Sisi potensi memang cukup besar tapi tidak semudah kembangkan energi lain," katanya dalam Tempo Energy Day 2020, Rabu (21/10/2020).
Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional Moshe Rizal Husin mengatakan memang dalam pengembangan geotermal membutuhkan investasi yang sangat besar.
Kendati demikian, apabila sudah beroperasi selama 30 tahun—40 tahun, nantinya biaya yang dikeluarkan akan sangat murah dan bisa bersaing dengan energi fosil.
"Biaya di awal pemerintah harus pikirkan. Contoh jalan tol ada skema pembebasan lahan BUMN akan digantikan pemerintah, jadi skema infrastruktur memang harus patut diberikan pemerintah. Setelah geotermal berkembang itu infrastruktur juga akan digunakan masyarakat setempat, multiplier effect besar," jelasnya.