Bisnis.com, JAKARTA - Pada periode Januari-September 2020, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar US$13,51 miliar.
Surplus ini lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun 2019, karena tahun lalu posisi neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sementara tahun ini surplus.
Kondisi ini dipicu oleh surplus neraca perdagangan yang terjadi dalam lima bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
"September ini terjadi surplus US$2,4 miliar, ekspor dan impor meningkat," kata Kepala BPS Suhariyanto, Kamis (15/10/2020).
BPS mencatat ekspor industri juga mulai bergerak, impor barang baku dan barang modal juga mulai bergerak naik pada bulan September. Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari-September mencapai US$117,19 miliar.
"Dibandingkan year on year, masih turun tapi lebih landai. total ekspor kumulatif turun 5,81 persen. Kita harap kedepan akan semakin meningkat," ujar Suhariyanto.
Baca Juga
Secara sektor, pertumbuhan ekspor dalam periode ini ditopang oleh pertumbuhan positif sektor pertanian sebesar 9,70 persen. Adapun, industri masih turun tipis sebesar 0,25 persen.
Pemicunya adalah turunnya ekspor hasil tambang dan lainnya yang kontraksi mencapai 23,96 persen akibat penurunan permintaan yang cukup tajam.
Di sisi impor, nilai kumulatif pada periode Januari-September 2020 mencapai US$103,68 miliar, turun 18,15 persen dibandingkan periode yang sama 2019.
"Impor didominasi mesin dan peralatan mekanis dan perlengkapan elektrik." Adapun, menurut penggunaan barang, impornya masih turun.
Suhariyanto melihat kalau diliat bulanannya barang baku dan modal mulai naik, tapi dibandingkan angka tahunan masih terlihat turun dalam. "Masih butuh waktu menuju recovery," tegas Suhariyanto.