Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) bakal menggenjot pembangunan pembangkit energi baru terbarukan dalam 5 tahun ke depan.
Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengakui bahwa saat ini suplai listrik Indonesia memang masih didominasi oleh pembangkit berbahan bakar fosil.
Sejak 2014—2022, pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) menjadi prioritas perseroan sebagai upaya untuk mengatasi defisit pasokan listrik di sistem kelistrikan Indonesia.
"Saat 2014, kami alami banyak defisit di 22 sistem kelistrikan. Itu kenapa di tahap pertama pemerintah mencoba menstabilisasi keseimbangan supply demand dalam waktu yang singkat. Dalam 5 tahun pertama, kami bangun PLTU untuk menyediakan base load yang stabil untuk sistem sambil menjaga biaya produksi," ujar Darmawan dalam sebuah webinar, Rabu (7/10/2020).
Namun, saat ini perseroan mulai beranjak ke proses transisi energi dari fosil ke EBT. PLN akan meningkatkan dua kali lipat pembangunan pembangkit EBT dalam 5 tahun ke depan.
"Sekarang kapasitas terpasang EBT baru mencapai 7,8 gigawatt, tetapi dalam 5 tahun ke depan, kami akan double EBT itu dari 7,8 gigawatt menjadi 16,3 gigawatt," katanya.
Baca Juga
Sebagai upaya mencapai target tersebut, beberapa insiatif dilakukan PLN, antara lain mengembangkan pembangkit hidro dan panas bumi, meluncurkan green booster, dan membangun EBT skala besar.
Green booster dilakukan antara lain, melalui co-firing biomassa dan program konversi pembangkit listrik tenaga diesel (dediselisasi). PLN akan mengonversi 5.200 unit pembangkit dieselnya yang tersebar di 2.130 lokasi dengan EBT.
PLN juga menyiapkan sumber energi listrik dari pembangkit EBT untuk industri dengan skema renewable energy based industry development (REBID).