Bisnis.com, JAKARTA - Industri batik menjadi sektor prioritas pengembangan Kementerian Perindustrian karena dinilai mempunyai daya ungkit pertumbuhan ekonomi. Ada dua fokus program untuk meningkatkan daya saing industri ini.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan pihaknya bertekad melestarikan dan mendorong pengembangan industri batik nasional agar lebih berdaya saing global.
“Di era revolusi industri 4.0, kita semua harus mampu melahirkan teknologi canggih yang dapat membuat industri batik di dalam negeri semakin berdaya saing,” ujarnya pada pembukaan Rangkaian Kegiatan Hari Batik Nasional 2020 yang dilaksanakan secara virtual, Jumat (2/10/2020).
Alasannya, industri batik merupakan bagian dari subsektor industri tekstil dan busana, yang menjadi salah satu andalan dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0.
Di samping itu, dengan semakin gencarnya isu lingkungan, Kemenperin juga aktif mengajak kepada para perajin batik agar mulai menggunakan bahan baku yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, pemakaian malam batik daur ulang dan terbarukan serta pemakaian zat warna alami.
Proses produksi di industri batik diharapkan semakin efektif dan efisien, sehingga daya saingnya akan meningkat, yang pada akhirnya industri ini akan dapat tetap berjaya di negeri sendiri, tak lekang oleh perubahan zaman.
Baca Juga
"Semuanya itu tentunya membutuhkan kreasi tiada henti dari setiap anak bangsa. Artinya, industri ini akan terus bersemi guna batik tetap lestari,” ujar Menperin.
Mengenakan busana berbahan batik dari Aceh, dalam kesempatan itu Menperin mengajak seluruh masyarakat untuk membeli produk yang menggunakan bahan batik dari seluruh tanah air. “Masing-masing daerah memiliki motif-motif khas yang menarik. Mari kita dukung industri batik di seluruh wilayah Nusantara,” tandasnya.
Saat ini, industri batik mencapai 47.000 unit usaha dan tersebar di 101 sentra dengan telah menyerap tenaga kerja lebih dari 200 ribu orang.
Industri batik Indonesia mampu mencatatkan ekspor senilai US$21,5 juta, meski pandemi Covid-19 telah memaksa diterapkannya PSBB Jakarta dan sejumlah daerah lainnya di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, industri batik menyumbangkan devisa selama periode Januari-Juli 2020 sebesar US$21,54 juta atau meningkat dibanding pada semester I-2019 senilai 17,99 juta.
“Fenomena yang cukup unik, karena pasar ekspornya bisa meningkat di saat masa pandemi Covid-19," kata Menteri. Pasar utama ekspor batik Indonesia antara lain Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.