Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Manufaktur Melemah, Pemerintah Tingkatkan Upaya Mitigasi

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu menyatakan pemerintah meningkatkan upaya mitigasi setelah aktivitas industri manufaktur kembali menurun pada September 2020 akibat kebijakan PSBB.
Dalam upaya menjaga aktivitas sektor manufaktur makanan dan minuman, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang melakukan kunjungan kerja ke pabrik PT Mayora Indah Tbk di Jl Jayanti 1 di Balaraja, Tangerang, Banten (18/9/2020). /Kemenperin
Dalam upaya menjaga aktivitas sektor manufaktur makanan dan minuman, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang melakukan kunjungan kerja ke pabrik PT Mayora Indah Tbk di Jl Jayanti 1 di Balaraja, Tangerang, Banten (18/9/2020). /Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu menyatakan pemerintah meningkatkan upaya mitigasi setelah aktivitas industri manufaktur kembali menurun pada September 2020 akibat kebijakan PSBB.

Febrio menyatakan tertekannya aktivitas industri manufaktur terlihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia yang mengalami penurunan dari 50,8 pada Agustus menjadi 47,2 pada September.

“Ini adalah penurunan pertama sejak April dan menunjukkan aktivitas manufaktur yang melemah di tengah penerapan PSBB karena masih tereskalasinya pandemi Covid-19,” katanya di Jakarta, Kamis (1/20/2020).

Secara rata-rata, PMI pada kuartal III tahun ini yaitu sebesar 48,3 menggambarkan kondisi industri manufaktur yang masih menantang meskipun telah meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 31,73.

Adapun ambang netral PMI adalah di angka 50 karena angka di atas 50 menunjukkan adanya pertumbuhan positif secara bulanan.

Febrio menyebutkan penurunan PMI Manufaktur Indonesia pada September 2020 menunjukkan adanya penurunan aktivitas industri manufaktur baik dari sisi penjualan maupun produksi.

“Penurunan penjualan berkontribusi terhadap kenaikan kapasitas berlebih atau spare capacity yang tercermin pada penurunan pekerjaan yang harus diselesaikan atau backlogs of works sehingga menghambat perekrutan tenaga kerja lebih lanjut,” jelasnya.

Tak hanya itu, lanjut dia, perusahaan juga mengurangi aktivitas pembelian dan stok dalam rangka melakukan efisiensi serta tekanan pada biaya input yang didorong oleh depresiasi nilai tukar lalu diikuti oleh rendahnya harga penjualan.

“Tercatat sejumlah perusahaan memberikan diskon untuk merangsang penjualan,” ujarnya.

Selain itu Febrio mengatakan PSBB turut menghambat kemampuan penyedia bahan baku untuk memasok input secara tepat waktu.

Ia menyatakan IHS Markit yang mengeluarkan data PMI ini menjelaskan bahwa harapan mengenai output 2021 sangat tinggi, namun optimisme itu sangat bergantung pada pengendalian pandemi.

PMI sebagai indikator yang memprediksi ekonomi ke depan sejalan dengan tren indikator mobilitas yang telah mengalami perbaikan meskipun dengan akselerasi melambat mengingat masih terdapat eskalasi penularan Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper