Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PMI September Turun, Kemenperin Tuding PSBB Penuh Jadi Penyebab

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai salah satu penyebab turunnya angka Purchasing Manager's Index (PMI) September 2020 adalah pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) penuh lagi.
Kunjungan Menteri Perindustrian dalam rangka meninjau penerapan protokol kesehatan di lingkungan pabrik dan pelaksanaan Izin Operasionalitas dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI). Kemenperin
Kunjungan Menteri Perindustrian dalam rangka meninjau penerapan protokol kesehatan di lingkungan pabrik dan pelaksanaan Izin Operasionalitas dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI). Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai salah satu penyebab turunnya angka Purchasing Manager's Index (PMI) September 2020 adalah pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) penuh lagi.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan PSBB penuh di Ibu Kota dan beberapa wilayah membuat pelaku industri urung melakukan ekspansi. Alhasil, hal tersebut berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan utilisasi sektor manufaktur.

"Efek pembatasan yang dilakukan tersebut akan sangat terasa terhadap [perekonomian] nasional karena perputaran uang paling besar dari kawasan Jabodetabek," katanya kepada Bisnis, Kamis (1/10/2020).

Agus berpendapat kebijakan PSBB penuh di DKI Jakarta dan perpanjangan PSBB di Jawa Barat dan Banten membuat kegiatan ekonomi melambat. Pasalnya, PSBB dinilai mengganggu aktivitas pabrik, mengurangi aktivitas pembelian bahan baku, dan inventarisasi bahan baku.

Oleh karena itu, pihaknya akan terus mengawasi sektor manufaktur agar kembali tumbuh positif dan pulih dari pancemi Covid-19. Salah satu langkah yang akan dilakukan Kemenperin adalah memastikan kegiatan operasional pabrik berjalan beriringan dengan pencegahan penyebaran Covid-19.

"Kami sangat memahami masalah yang dihadapi berbagai daerah, khususnya yang telah menerapkan PSBB untuk menangani [penyebaran] Covid-19. Terdapat semangat yang sama antara pemerintah pusat dan daerah, yaitu memastikan kegiatan ekonomi tetap berjalan dan memprioritaskan protokol kesehatan pada saat bersamaan," ucapnya.

Di sisi lain, Agus berujar tidak adil jika PMI Indonesia dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. Pasalnya, ada perbedaan skala produksi di setiap negara.

IHS Markit mendata PMI Asia Tenggara turun ke level 48,3 per September 2020 dari bulan sebelumnya di posisi 49,0. Namun demikian, masih ada beberapa negara yang memiliki indeks setara atau di atas level 50,0 seperti Thailand (50,0), Vietnam (52,2), dan Filipina (50,1).

Adapun, angka PMI terendah dimiliki oleh Myanmar yang jatuh ke level 35,9 pada akhir kuartal III/2020. Sementara itu, IHS Markit menilai turunnya PMI Indonesia ke level 47,2 masih tergolong solid.

Di samping itu, Agus menilai Indonesia memiliki ukuran industri manufaktur yang jauh lebih besar dari negara lain di Asia Tenggara. Dengan kata lain, kontribusi sektor manufaktur ke tiap negara di Asia Tenggara juga berbeda-beda.

"Berdasarkan data Manufacturing Value Added (MVA) dari UNIDO, posisi Indonesia jauh di atas negara-negara ASEAN lainnya," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper