Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sepi Penumpang, Scoot Andalkan Bisnis Kargo

Scoot mengandalkan bisnis kargo untuk mempertahankan pendapatan di tengah pandemi Covid-19 yang menyebabkan jumlah penumpang hanya tersisa 4 persen.
Pesawat milik maskapai Scoot, Singapore Airlines, dan Silk Air terlihat di Bandara Changi, Singapura, Selasa (14/8/2018)./Reuters-Edgar Su
Pesawat milik maskapai Scoot, Singapore Airlines, dan Silk Air terlihat di Bandara Changi, Singapura, Selasa (14/8/2018)./Reuters-Edgar Su

Bisnis.com, JAKARTA - Scoot, anak usaha Singapore Airlines Group, mengaku mengoptimalkan penerbangan kargo untuk menambal hilangnya pendapatan dari sektor angkutan penumpang selama pandemi Covid-19.

Chief Commercial Officer Scoot Calvin Chan mengatakan jumlah penumpangnya selama delapan bulan berjalan tahun ini hanya mencapai sebesar 4 persen dari kapasitas dibandingkan dengan periode sebelum pandemi Covid-19 sebagai akibat resesi ekonomi yang melanda Singapura.

"Scoot telah melakukan lebih dari 200 penerbangan charter kargo hingga saat ini dan memodifikasi dua pesawat berbadan sempit [narrow-body] kami untuk menggandakan kapasitas pengangkutan pesawat tersebut dan memungkinkan kami melayani bandara yang lebih kecil," kata Chan kepada Bisnis.com, Rabu (30/9/2020).

Dia mengakui upaya tersebut tidak bisa berkelanjutan untuk jangka panjang, karena adanya peningkatan permintaan penumpang akan mengakibatkan penurunan kapasitas bellyhold untuk mengangkut kargo. Oleh karena itu, pihaknya ingin mengoptimalkan peluang kargo selama masih bisa.

Selama beberapa bulan terakhir, Scoot juga telah meninjau biaya, mengelola pengeluaran operasional, mengurangi pengeluaran diskresioner jika memungkinkan, bernegosiasi dengan vendor dan pemasok untuk menyesuaikan jadwal pembayaran, dan melakukan berbagai upaya lain.

Perusahaan baru-baru ini membuat keputusan yang sangat sulit untuk melepas beberapa staf sebagai bagian dari rasionalisasi staf SIA Group. Ini merupakan upaya terakhir dari kebijakan untuk staf yang telah dilakukan sepanjang tahun, termasuk menghentikan perekrutan pada Maret 2020, mengurangi gaji staf, mendesain ulang struktur dan peran organisasi, menawarkan skema pemisahan sukarela kepada pilot, dan menawarkan skema cuti tanpa upah sukarela kepada staf.

Calvin berpendapat perjalanan internasional di regional yang dapat melayani perjalanan penting untuk saat ini berjalan lebih lambat dari yang diharapkan meski sudah ada beberapa kemajuan.

“Kecil kemungkinan permintaan perjalanan meningkat sampai ditemukan vaksin atau tes yang murah dan tersedia secara luas, yang memungkinkan wisatawan untuk dites sebelum dan sesudah melakukan perjalanan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper