Bisnis.com, BANDUNG – Pusat Unggulan Iptek Inovasi Pelayanan Kefarmasian Universitas Padjadjaran (PUIIPK Unpad) memaparkan hasil studi yang menyimpulkan bahwa produk hasil pengolahan tembakau lainnya (HPTL) dapat berperan efektif dalam smoking reduction and smoking cessation karena profil risiko produknya yang berkurang secara signifikan dibandingkan dengan rokok.
Hasil kajian ini disampaikan dalam webinar bertajuk Faktor Risiko Pengurangan Risiko Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HTPL) untuk Penerapan di Indonesia, Senin (28/9/2020).
Hasil penelitian tersebut merupakan hasil kerja sama antara Unpad dengan Center of Excellence for Harm Reduction (CoEHAR), University of Catania, Italia. Rektor dari kedua universitas tersebut menandatangani Nota Kesepahaman Kerja Sama Penelitian Pengurangan Risiko. Selain studi, kerja sama tersebut juga menyepakati pendirian Pusat Unggulan Pengurangan Risiko di UNPAD, Indonesia.
Kedua universitas tersebut akan melaksanakan rangkaian kegiatan riset, pertukaran mahasiswa, kajian dan studi, serta transfer knowledge mengenai pengurangan risiko, khususnya pada tembakau, guna memberikan informasi kredibel dan objektif kepada pemerintah, akademisi, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya.
Studi yang dipaparkan dalam webinar merupakan salah satu kegiatan yang mengawali kolaborasi antar kedua universitas, yang dilakukan melalui penelusuran literatur secara sistematis (systematic review) mengenai faktor pengurangan risiko HPTL.
Terkait studi tersebut, Ketua Peneliti Auliya Suwantika memaparkan hasil positif yang ditemukan mengenai potensi HPTL untuk mengurangi risiko HPTL bagi perokok di Indonesia.
“Kami melihat potensi pengurangan risiko dapat diterapkan untuk mengatasi angka prevalensi perokok dewasa di Indonesia yang mencapai 33,8%, seperti pada data Riset Kesehatan Dasar 2018. Kami meninjau produk HPTL seperti, e-cigarette (EC), tobacco heating system (THS), dan snus dapat berperan dalam smoking reduction dan smoking cessation. Secara umum, HPTL memiliki nilai risiko yang lebih kecil dibandingkan rokok,” ujar Auliya.
PUIIPK Unpad menyimpulkan penggunaan HPTL juga memiliki risiko lebih kecil dalam hal kejadian tidak diharapkan atau adverse event (AE).
“Dari hasil studi penelusuran literatur secara sistematis yang telah dilakukan, nilai AE pada e-cigarette (EC), tobacco heating system (THS), dan snus lebih kecil dibandingkan dengan rokok konvensional,” lanjut Auliya.
“Dengan hasil studi ini, kami juga menyarankan adanya studi lanjutan yang lebih kompehensif agar dapat dijadikan sebagai science-based policy oleh pemerintah untuk menyusun kebijakan HPTL dan mendorong supaya masyarakat dapat beralih ke produk yang lebih rendah risiko,” jelas Auliya.
PUIIPK Unpad juga memaparkan science-based policy dalam pengurangan risiko yang dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan dengan melakukan studi lanjutan yang lebih komprehensif seperti uji toksikologi, studi populasi, uji klinis dan uji eksperimen terkontrol secara acak. Hal ini dilakukan agar regulasi mengenai pengurangan risiko HPTL dapat berdampak secara optimal.
“Kami berharap studi ini dapat menjadi langkah awal yang baik untuk memahami potensi manfaat dan profil risiko HPTL. Namun, agar HTPL dapat dilihat secara holistik, kita perlu mendorong terwujudnya lebih banyak riset klinis yang melibatkan pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat. Semua ini harus dilakukan demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan produktif,” tutup Ketua PUIIPK Unpad Irma Melyani Puspitasari.