Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis dapat mengamankan hingga 90 persen dari kebutuhan vaksin Covid-19. Akan tetapi, sistem logistik dan distribusi masih menjadi persoalan.
Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kemenperin Adi Rochmanto mengatakan pasokan vaksin sejauh ini akan datang dari tiga pihak, yakni PT Bio Farma (Persero), perusahaan vaksin asal Korea Selatan, dan perusahaan vaksin asal Amerika Serikat. Namun, Adi masih khawatir terkait dengan distribusi vaksin ke daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).
"Mungkin belum semua masyarakat di pedalaman sana [mendapatkan vaksin Covid-19 pada 2021], tapi optimis bahwa persediaannya bisa kami cukupi," ujarnya kepada Bisnis, Senin (28/9/2020).
Adi menambahkan salah satu skema penyediaan vaksin Covid-19 di dalam negeri adalah dengan impor. Pasalnya, kapasitas produksi Bio Farma belum mencukupi seluruh kebutuhan vaksin lantaran vaksin yang dibuat Bio Farma harus digunakan dua kali.
Bio Farma akan selesai meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 250 juta dosis per tahun pada akhir 2020. Dengan kata lain, kapasitas produksi Bio Farma baru mampu melayani 48,07 persen dari total penduduk Indonesia.
Walakin, Adi menyatakan pihaknya masih menyusun skema impor tersebut. Adi memprediksi salah satu syarat importasi vaksin tersebut adalah pelaksanaan uji klinis tahap tiga bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) seperti yang dilakukan Bio Farma dan Sinovac Biotech saat ini di Bandung, Jawa Barat.
Baca Juga
Adi menyatakan sejauh ini distribusi vaksin akan dilakukan oleh Bio Farma. Adi optimistis Bio Farma dapat melakukan distribusi tersebut lantaran umur Bio Farma yang menyentuh 130 tahun per Agustus 2020.
Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) Hasanuddin Yasni mengatakan beberapa industriawan rantai pendingin sedang bekerja sama dengan PT Bio Farma (Persero) untuk menyiapkan fasilitas rantai pendingin perseroan.
Sejauh ini, ujar Hasanuddin, sebagai pabrikan sedang memproduksi chilled storage untuk menyimpan vaksin besutan Bio Farma di beberapa kota besar.
Hasanuddin menyampaikan bahwa Bio Farma masih urung membangun fasilitas rantai pendingin di selain kota besar karena pasokan listrik yang meragukan. Adapun, satu kontainer pendingin berukuran 40 feet membutuhkan tegangan listrik sebesar 13.000 kWh.
Adapun, Hasanuddin menyatakan pihaknya sedang menggodok sistem logistik vaksin Covid-19 untuk tahun depan bersama lembaga dan kementerian terkait. Walaupun telah ada fasilitas rantai pendingin di mayoritas pelabuhan, Hasanuddin menilai fasilitas tersebut terlalu dingin untuk vaksin.
Hasanuddin mendata hanya ada 16 provinsi yang memiliki fasilitas rantai pendingin mumpuni untuk menyimpan vaksin. Dalam data tersebut, seluruh provinsi di pulau Jawa dan Bali telah memiliki fasilitas yang mumpuni.
Sementara itu, di Pulau Sumatera hanya ada di beberapa provinsi, seperti Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Lampung, dan Riau, sedangkan di pulau Kalimantan hanya Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Semakin ke wilayah bagian timur, hanya ada empat provinsi, yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.