Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tingkatkan Ketahanan Pangan, Kementan Sorot 3 Hal Ini

BUMD diharapkan dapat menjadi regional food hub yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan pangan di dalam kabupaten.
ACEH BESAR, ACEH, 31/12 - PRODUKTIFKAN RAWA GAMBUT. Petani mengolah lahan rawa gambut untuk tanaman padi di Desa Keudebing, Lhoknga, Aceh Besar, Aceh, Senin (31/12). Seluas 144.000 hektare lahan rawa gambut di Aceh, sebagian mulai diproduktifkan untuk tanaman padi dan palawija guna meningkatkan penghasilan petani dan ketahanan pangan./Antara-Ampelsa
ACEH BESAR, ACEH, 31/12 - PRODUKTIFKAN RAWA GAMBUT. Petani mengolah lahan rawa gambut untuk tanaman padi di Desa Keudebing, Lhoknga, Aceh Besar, Aceh, Senin (31/12). Seluas 144.000 hektare lahan rawa gambut di Aceh, sebagian mulai diproduktifkan untuk tanaman padi dan palawija guna meningkatkan penghasilan petani dan ketahanan pangan./Antara-Ampelsa

Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian menyorot sejumlah masalah dalam upaya membangun ketahanan pangan nasional di tengah pandemi virus corona (Covid-19) dan pada masa-masa mendatang.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi mengatakan terdapat 3 pilar penting dalam membangun ketahanan pangan di dalam negeri.
 
Pertama, ketersediaan, yang terkait dengan upaya peningkatan produksi secara terus-menerus, menjaga stok cadangan, dan mendorong ekspor-impor produk pangan.
Kedua, urusan pangan di Tanah Air perlu mendapatkan perhatian yang cukup intensif dalam hal keterjangkauan. Pasalnya, kata Agung, tidak semua provinsi di Indonesia mengalami surplus untuk komoditas tertentu.
"Presiden Joko Widodo sudah menyampaikan kita harus perkuat distribusi pangan. Bulog punya jaringan distribusi pangan sampai dengan tingkat kabupaten, sehingga untuk komoditas beras terdistribusi dengan baik. Namun, bagaimana dengan yang komoditas lain seperti bawang, cabai, daging ayam, dan telor?" kata Agung dalam diskusi virtual bertajuk Ketahanan Pangan Untuk Indonesia Maju yang diselenggarakan oleh Solopos, Kamis (24/9/2020).
Dia mengungkapkan sampai dengan saat ini proses distribusi pangan untuk komoditas-komoditas tersebut terlaksana secara autopilot di mana para pedagang dibiarkan menjalankan proses tersebut tanpa ada pendampingan.
Adapun, tambahnya, proses produksi yang dapat memungkinkan produsen mampu menjual komoditas pangan dengan harga wajar sehingga konsumen tidak menjerit juga masih menjadi masalah sampai dengan saat ini.
Ketiga, aspek pemanfaatan yang terdiri atas perbaikan pola konsumsi, penganekaragaman konsumsi, perbaikan gizi, serta keamanan dan mutu pangan.
"Ketiga pilar ini ini yang kami bangun. Melalui konsep yang dibangun Kementerian Pertanian, BUMN selain Bulog diharapkan dapat menjadi national food hub yang bertanggung jawab mendistribusikan pangan dari provinsi yang surplus ke provinsi yang mengalami defisit," jelasnya.
Selain itu, BUMD diharapkan dapat menjadi regional food hub yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan pangan di dalam kabupaten. "Kalau ini diimplementasikan, harga pangan di tingkat petani pun bisa dijaga," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper