Bisnis.com, JAKARTA – Resesi global saat ini diprediksi memiliki dampak tidak terlalu mengerikan dan tak terlalu parah pada bisnis perkantoran di Asia Pasifik, kecuali China, dibandingkan dengan tempat lain di seluruh dunia.
Menurut perusahaan jasa real estat Cushman & Wakefield (C&W), subsektor perkantoran di Asia Pasifik hanya akan menerima pukulan kecil dari kebanyakan warga kawasan tersebut yang bekerja dari rumah (work from home/WFH).
C&W memperkirakan bahwa perekonomian negara-negara di Asia Pasifik mencapai pemulihan produk domestik bruto (PDB) ke tingkat sebelum pandemi Covid-19 pada kuartal ketiga tahun depan, dalam skenario dasar.
Perlambatan dalam penciptaan pekerjaan baru yang menggunakan kantor serta hilangnya pekerjaan secara langsung menjadi tantangan fundamental sewa kantor selama 6 hingga 18 bulan ke depan, demikian laporan C&W yang diterbitkan pada Kamis (24/9/2020).
Meskipun demikian, permintaan, yang diukur dengan penyerapan bersih ruang perkantoran, di kawasan tersebut diperkirakan tetap positif mulai sekarang hingga 2030.
Penyerapan bersih ruang perkantoran di Asia Pasifik tahun ini diperkirakan turun 70 persen dibandingkan dengan tahun lalu menjadi sekitar 21 juta ft2 di bawah skenario dasar.
Baca Juga
Dominic Brown, analis C&W untuk Asia Pasifik, area seluas itu mewakili tingkat penyerapan 2 persen. Itu merupakan angka terendah sejak C&W memulai pencatatan pada 2007.
Tahun depan, penyerapan bersih diperkirakan meningkat menjadi 28 juta ft2, kata C&W. Dari 2022 hingga 2030, C&W memperkirakan permintaan kantor bersih tumbuh 729 juta ft2 di wilayah tersebut.
"Peningkatan kerja fleksibel dan praktik WFH kurang lazim di Asia Pasifik secara keseluruhan dibandingkan dengan kawasan lain, sehingga tidak secara signifikan mengubah prospek pasar kantor di kawasan itu," kata Brown.