Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina Beli Ladang Migas di Luar Negeri, Ahok: Jangan-Jangan Ada Komisi!

Dalam video yang diunggah dalam akun Youtube POIN, Ahok mengatakan bahwa Pertamina terus ingin menambah utang yang sekarang sudah mencapai US$16 miliar.
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memberikan keterangan kepada wartawan usai penerbitan buku Panggil Aku BTP: Perjalanan Psikologi Ahok Selama di Mako Brimob./Gloria FK Lawi
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memberikan keterangan kepada wartawan usai penerbitan buku Panggil Aku BTP: Perjalanan Psikologi Ahok Selama di Mako Brimob./Gloria FK Lawi

Bisnis.com, JAKARTA — Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok merasa kesal karena perusahaan pelat merah itu mengotot untuk mengakuisisi lapangan minyak dan gas bumi luar negeri.

Dalam video yang diunggah dalam akun Youtube POIN, Ahok mengatakan bahwa Pertamina terus ingin menambah utang yang sekarang sudah mencapai US$16 miliar.

Selain itu, Ahok menuturkan bahwa Pertamina selalu berkeinginan mengakuisisi lapangan minyak dan gas bumi di luar negeri, sedangkan di dalam negeri masih ada potensi yang masih bisa dieksplorasi.

"Minjem duit, sekarang sudah ngutang US$16 miliar, minjem duit terus mau akuisisi terus lagi, tidak berpikir untuk bereskplorasi, kita masih punya 12 cekungan yang berpotensi punya minyak punya gas, ngapain di luar negeri, jangan-jangan ada komisi!" kata Ahok dalam video tersebut.

Sebelumnya, Pertamina melaporkan penyiapan anggaran senilai US$150 juta untuk mengakuisisi blok minyak dan gas pada 2020 yang kemungkinan mengarah pada wilayah kerja di Afrika.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa upaya penambahan sumber daya tersebut seiring dengan meningkatkan kebutuhan yang disebabkan dengan peningkatan kapasitas kilang di dalam negeri.

Selain itu, Nicke menyatakan bahwa produksi dan cadangan atau reserve to production ratio minyak dan gas bumi yang dimiliki hanya tersisa untuk 7 tahun ke depan.

"Kalau tidak temukan cadangan baru atau akuisisi, maka dalam 7 tahun cadangan akan habis," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Zufrizal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper