Bisnis.com, JAKARTA — CFO Freeport-McMoRan Kathleen Quirk mengatakan bahwa perusahaan tidak ingin terganggu oleh tawaran pembelian apa pun dan berfokus pada perluasan tambang tembaga dan emas Grasberg di Indonesia dan meningkatkan arus kas.
Eksekutif Barrick Gold, perusahaan tambang saingan Freport, telah secara terbuka berbicara dalam beberapa bulan terakhir tentang minat mereka untuk membeli semua atau sebagian Freeport, terutama Grasberg, tambang tembaga terbesar di dunia.
Belum ada penawaran resmi yang dibuat dan CEO Freeport Richard Adkerson seperti dikutip www.miningweekly.com dari Reuters, Selasa (15/9/2020) mengatakan bahwa dia tidak tertarik dengan penjualan apa pun.
Freeport mendekati tahap akhir dari proyek senilai US$15 miliar untuk memperluas tambang Grasberg yang akan menjadi tambang bawah tanah terbesar yang pernah dikembangkan, sebuah perluasan yang diharapkan dapat meningkatkan arus kas secara signifikan. Freeport juga membangun smelter tembaga di Indonesia.
"Kami ingin melihat pemegang saham kami mendapatkan nilai dari rencana ini dibandingkan dengan pemegang saham lain yang mendapatkan nilainya," kata Quirk kepada Morgan Stanley 8th Annual Laguna Conference, yang disiarkan melalui web.
Dia menjelaskan bahwa sekitar 70 persen dari proyek ekspansi Grasberg harus selesai pada akhir tahun dan 90 persen pada pertengahan 2021.
Baca Juga
Saham Freeport telah naik hampir tiga kali lipat sejak mencapai titik terendah pada Maret dan banyak analis memperkirakan saham Freeport masih akan naik lebih tinggi.
Harga tembaga telah naik 11 persen sejak Januari, sebagian didorong oleh meningkatnya permintaan dari industri kendaraan listrik.
Oleh karena itu, Quirk dan Adkerson telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak merasa sekarang adalah waktu yang tepat untuk melakukan penjualan.
"Kami tidak benar-benar ingin terganggu oleh M&A [merger & acquisition]. Kami ingin melaksanakan rencana ini. Kami yakin rencana ini akan memberi nilai luar biasa bagi pemegang saham."