Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyatakan perlu ada pembangunan pabrik di bagian timur Indonesia. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menyatakan siap melayani kebutuhan semen di sana.
Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos menyatakan pihaknya telah memiliki satu unit pabrik di Kalimantan. Selain itu, Indocement telah memiliki fasilitas terminal di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Saat ini di terminal kami di Lombok kapasitas terpasangnya 600.000 ton per tahun," katanya kepada Bisnis, Rabu (16/9/2020).
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mendata wilayah Indonesia bagian timur masih konsisten mencatatkan pertumbuhan konsumsi yang positif hingga 5 persen selama Januari-Agustus 2020. Konsumsi di Bali dan Nusa Tenggara naik 9,4 persen menjadi sekitar 377.000 ton, sementara itu di Maluku dan Papua melesat 9,4 persen menjadi 167.000 ton.
Secara presentasi penurunan terbesar terjadi di Kalimantan atau sebesar 17,9 persen secara tahunan menjadi 323.000 juta ton. Secara keseluruhan, konsumsi selama 8 bulan pertama 2020 mencapai 38,47 juta ton dengan utilisasi di kisaran 54 persen untuk produksi alokasi lokal.
Di sisi lain, Antonius berujar Indocement akan tetap melakukan aktivitas produksi selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Jakarta dan sekitarnya. Pasalnya, Indocement masuk ke dalam 11 bidang usaha yang tetap diberikan izin operasi dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Baca Juga
"Jadi, pabrik kami tetap berjalan seperti biasa," katanya.
Terpisah, Ketua Umum ASI Widodo Santoso mengatakan PSBB penuh di DKI Jakarta dan sekitarnya tidak akan banyak mempengaruhi produksi semen nasional. Hal tersebut disebabkan konsumsi semen di Pulau Jawa didominasi di luar Ibu Kota.
"Lain dengan produk pakaian [yang banyak dijual di pusat perbelanjaan]. Produk makanan dan minuman [terkoreksi] karena mall dan restoran tutup," katanya.
Berdasarkan data ASI, konsumsi di Jawa dan Sumatra yang notabenenya menyumbang sekitar 70 persen dari konsumsi semen nasional masih minus per Agustus 2020. Serapan semen di Jawa turun 9 persen menjadi sekitar 3,29 juta ton, sedangkan di Sumatera merosot hingga 1,2 juta ton.