Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Tetes Tebu Naik, Apa Penyebabnya?

Sejumlah pihak menduga berkurangnya kompetisi di lapangan akibat pemberlakuan sistem beli putus antara pabrik gula dan petani tebu memicu fluktuasi harga di lapangan.
Buruh memanen tebu untuk dikirim ke pabrik gula di Ngawi, Jawa Timur, Selasa (8/8)./ANTARA-Ari Bowo Sucipto
Buruh memanen tebu untuk dikirim ke pabrik gula di Ngawi, Jawa Timur, Selasa (8/8)./ANTARA-Ari Bowo Sucipto

Bisnis.com, JAKARTA -- Naiknya harga tetes tebu (molases) diperkirakan terjadi lantaran produksi yang menurun mengikuti tren produksi tebu. Pada saat yang sama, permintaan molases di dalam negeri cenderung berkembang. 

“Produksi tebu di Indonesia trennya turun, jika demikian produksi molases juga akan turun. Sedangkan permintaannya relatif konstan atau bahkan berkembang,” ujar ekonom pertanian yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Agus Pakpahan ketika dihubungi, Rabu (9/9/2020).

Dia pun menduga berkurangnya kompetisi di lapangan akibat pemberlakuan sistem beli putus antara pabrik gula dan petani tebu memicu fluktuasi harga di lapangan. Hal ini mengakibatkan struktur pasar berubah lantaran petani tak perlu turut menjual gula atau molases sebagaimana berlaku dalam sistem bagi hasil.

“Dengan sistem bagi hasil sebelumnya di pasar ada pabrik dan petani, ada kompetisi. Dengan penerapan beli putus yang lebih luas, maka kompetisi akan berkurang dan pasar dikuasai oleh beberapa pemain saja,” lanjut Agus.

Hal ini pun dibenarkan Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat. Dalam sistem bagi hasil, pendapatan yang diterima oleh petani mencakup nilai 3 kilogram molases dari setiap 1 kuintal tebu yang digiling. Sementara dalam sistem beli putus, semua molases menjadi milik pabrik yang membeli tebu.

“Sementara untuk tata niaga, perlu dievaluasi terlebih dahulu berapa produksi dan kebutuhan di dalam negeri, bagaimana pemenuhannya jika terjadi kekurangan. Faktor tersebut yang harus menjadi pertimbangan,” kata Budi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper