Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri sepeda menilai pemangku kepentingan perlu mulai melakukan pengembangan ekosistem industri sepeda yang lengkap mulai dari hulu hingga hilir.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda dan Mainan (APSMI) Eko Wibowo mengatakan hal itu dapat dilakukan seperti ketika memulai pembangunan industri otomotif di Tanah Air. Menurut Eko saat ini tantangan utama industri sepeda masih pada bahan baku yang belum terpenuhi.
Alhasil, hampir seluruh komponen sepeda harus didatangkan dari China, Taiwan, dan berbagai negara lainnya. "Kalau kemarin sempat ada berita yang bilang impor komponen sepeda 50 persen mungkin belum buat kami," katanya kepada Bisnis, Senin (7/9/2020).
Eko mengemukakan di dalam negeri, bahan baku yang sudah bisa didapatkan yakni frame yang terdiri dari alumunium dan baja. Sementara alumunium sendiri juga lebih banyak dari impor.
Begitu pula besi, di mana untuk sepeda kelas menengah ke bawah akan kesulitan jika menggunakan besi dalam negeri karena harga yang tidak masuk. Selanjutnya adalah bahan baku ban, yang mana di Indonesia juga hanya memiliki dua pabrik pemasok.
"Itu juga mereka menerima orderan untuk ekspor yang tinggi sehingga untuk dalam negeri masih kekurangan," ujar Eko.
Baca Juga
Eko menambahkan komponen lain yang ada di dalam negeri yakni pelek, rantai, dan bearing tetapi dalam persoalan daya saing yang akhirnya produsen lebih memilih impor. Sisanya, pabrikan harus mendatangkan bahan pembentuk produk sepeda dari luar.
Menurut Eko, kondisi terkini dari permintaan komponen sepeda di China adalah sangat tinggi. Alhasil, setiap negara berebutan melakukan order yang besar agar tidak kehabisan barang.
"Di China sendiri pabrik sepeda lokalnya ada yang tutup karena tidak kebagian bahan baku," kata Eko.
Dari sisi penjualan, Eko menambahkan, sejak pandemi permintaan untuk semua kelas sepeda memang sangat tinggi. Eko bahkan menyebut hal ini baru terjadi untuk pertama kalinya sepajang 25 industri sepeda berjalan.
Eko mencatat kebutuhan sepeda dalam negeri sekitar 7 juta dengan kemampuan produksi dalam negeri sekitar 2,5-3 juta. Untuk itu, sisanya masih dipenuhi dari impor.