Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan berusaha maksimal untuk mendorong perbaikan aktivitas di sektor manufaktur pada semester II/2020. Hal tersebut guna menjaga momentum pertumbuhan PMI hingga akhir 2020.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya menargetkan Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia dapat kembali menembus level 50,0 pada kuartal III/2020. Adapun, IHS Markit mendata PMI Indonesia berada di level 50,8 pada Agustus 2020.
"Ini menggembirakan buat industri [di] Indonesia karena bisa masuk teritori ekspansi lebih cepat dari yang saya perkirakan. Awalnya, saya menduga setidaknya setelah kuartal III/2020 kita masuk teritori ekspansi," ujar Agus kepada Bisnis, Selasa (1/9/2020).
Agus berujar pihaknya akan menjaga pelaksanaan program-program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga akhir tahun. Secara khusus, Agus akan memastikan penyaluran insentif bagi sektor manufaktur agar terserap dengan maksimal.
Selain itu, ucapnya, Kemenperin akan terus mendorong sektor manufaktur dapat meningkatkan produktivitas dan tetap menerapkan protokol kesehatan secara bersamaan.
Sebelumnya, Agus meramalkan permintaan pasar domestik akan menjadi pemicu pertumbuhan PMI pada kuartal III/2020. Hal tersebut sejalan dengan temuan IHS markit bahwa permintaan pasar domestik yang meningkat menjadi pendorong utama pertumbuhan PMI Agustus.
Baca Juga
Menurutnya, pertumbuhan PMI pada kuartal III/2020 akan bergantung pada sektor manufaktur yang utilitasnya dapat meningkat signifikan. Dengan kata lain, sektor-sektor manufaktur yang memiliki permintaan domestik tinggi seperti farmasi, alat kesehatan, dan makanan dan minuman.
Per Agustus, angka PMI nasional berada di level 50,8 atau naik 390 basis poin (bps) dari realisasi Juli 2020 di level 46,9. Secara tahunan, realisasi PMI Agustus 2020 naik 180 bps dari posisi Agustus 2019 di level 49,0.
Namun demikian, sejauh ini rata-rata PMI kuartal III/2020 masih berada di posisi kontraksi atau di level 48,8. Dengan kata lain, PMI September 2020 setidaknya harus menyentuh angka 52,3 atau naik 150 bps secara bulanan agar rata-rata PMI kuartal III/2020 berada di posisi netral.
Di sisi lain, McKinsey & Company meneliti bahwa Indonesia akan menjadi negara yang akan paling cepat pulih di Asia Tenggara. Adapun, penelitian tersebut dilakukan dengan dua hasil penanganan Covid-19..
Asumsi pertama adalah pemerintah Indonesia berhasil mencegah penyebaran pandemi Covid-19, sedangkan asumsi kedua adalah pemulihan pandemi Covid-19. Dalam kedua skenario tersebut, Indonesia selalu menjadi negara yang paling cepat pulih.
Dalam skenario pemulihan pandemi, McKinsey mencatat tiga indikator dalam meramalkan kecepatan pemulihan negara-negara di Asia Tenggara, yani penurunan produk domestik bruto (PDB) riil, proyeksi pertumbuhan PDB 2020, dan waktu pemulihan ke waktu pra-pandemi.
Dalam ketiga indikator tersebut, Indonesia memiliki angka yang lebih baik dari empat negara pembanding lainnya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa PDB Indonesia pada kuartal II/2020 turun 8,6 persen dari realisasi kuartal IV/2019.
Sementarai itu, pertumbuhan PDB 2020 diramalakakn akan tumbuh minus 4 persen. Angka tersebut lebih baik dibandingkan Thailand dan Malaysia yang masing-masing PDB diperkirakan merosot 10,1 persen dan 9,4 persen.
Di samping itu, pemulihan terlama diramalkan akan dialami Singapura atau baru akan pulih pada kuartal I/2023. Sementara itu, negara yang paling terdampak di Asia Tenggara karena pandemi Covid-19 adalah Malaysia yang mencatatkan penurunan PDB riil hingga 15,2 persen pada kuartal II/2020 dibandingkan dengan kuartal IV/2019.