Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sewindu Mendatang, Kebutuhan Batu Bara PLTU Bakal Berkurang

Berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik 2019—2028, kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap PLTU pada 2028 diperkirakan 152,63 juta ton.
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Nova Wahyudi
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA — Proyeksi kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap dalam 8 tahun mendatang diperkirakan terkoreksi.

Direktur Utama PT PLN Zulkifli Zaini mengatakan bahwa berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik 2019—2028, kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap PLTU pada 2028 diperkirakan mencapai 152,63 juta ton. Namun, proyeksi tersebut diperkirakan sedikit meleset karena pandemi Covid-19.

"Dengan kondisi Covid-19 agak sedikit menurun pada 2028 dari 153 juta ton jadi sedikit turun 141,42 juta ton berdasarkan RUPTL 2020—2029," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Selasa (25/8/2020).

Tahun ini, kebutuhan batu bara untuk PLTU diproyeksikan mencapai 109 juta ton. Kebutuhan batu bara akan terus meningkat menjadi 121 juta ton pada tahun depan dan 129 juta ton pada 2022.

Pemakaian batu bara untuk pasokan listrik menurun karena semasa pandemi Covid-19 konsumsi listrik juga mengalami penurunan.

Sebelumnya diberitakan, Kementerian ESDM mencatat konsumsi listrik PLN Januari—Juli 2020 mencapai 138,63 TWh atau hanya tumbuh sebesar 0,51 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan konsumsi paling tinggi berasal dari sektor pelanggan rumah tangga yang bertumbuh hingga 10,08 persen. Peningkatan juga terjadi pada golongan traksi, curah, dan pelayanan khusus yang naik 40,16 persen, sedangkan sektor pemerintah tumbuh 0,71 persen, seiring dimulainya aktivitas di kantor.

Sementara itu, konsumsi listrik di sektor bisnis tercatat turun 7,43 persen, industri turun 8,22 persen, dan sosial turun 1,64 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper