Bisnis.com, SINGAPURA — Ekspor gula Thailand turun 24 persen pada Juli, yang oleh para pedagang dikaitkan dengan ketatnya pasokan yang memaksa pembeli untuk mencari sumber alternatif dengan harga yang lebih kompetitif.
Data yang dirilis Thai Sugar Millers Corp. (TSMC) pada 25 Agustus menunjukkan bahwa ekspor gula dari Thailand pada Juli adalah 428.174 ton—terdiri atas 204.761 ton gula mentah, 26.908 ton gula putih berkualitas rendah, dan 196.505 ton gula putih berkualitas tinggi—dibandingkan dengan 559.938 ton pada Juni.
Ekspor gula mentah antara Januari dan Juli turun hampir 20 persen secara tahunan (year-on-year) menjadi 2,7 juta ton.
Sementara itu, seperti dikutip dari www.spglobal.com, impor Indonesia atas gula mentah Thailand selama Januari—Juli sedikit berubah dari tahun ke tahun pada 1,94 juta ton, para pedagang mengatakan bahwa ekspor gula Thailand ke Indonesia kemungkinan akan turun lebih jauh pada kuartal ketiga dan keempat 2020.
Indonesia adalah importir utama gula mentah Thailand dan biasanya menyumbang 60 persen—70 persen dari total ekspor gula mentah Thailand.
Karena panen di Thailand kecil mendorong harga menjadi naik sehingga pembeli Indonesia telah beralih ke gula mentah India dan Brasil dengan harga yang lebih kompetitif.
Baca Juga
Menurut laporan pengiriman, Indonesia mengimpor 404.947 ton gula mentah curah dari India antara 1 Januari dan 6 Agustus.
Menurut data TSMC, ekspor gula putih Thailand Januari—Juli turun 6 persen secara tahunan menjadi 1,8 juta ton.
Pengiriman bulan Juli ke Vietnam merosot menjadi 61.625 ton dari 89.850 ton pada Juni dan 101.530 ton pada Mei.
Penurunan ekspor ke Vietnam ini terutama disebabkan oleh penurunan harga domestik yang disebabkan oleh program impor yang besar pada paruh pertama tahun ini.
Harga gula putih domestik Vietnam sekitar 11.000—11.500 dong/kg (US$470-US$500/ton) dibandingkan dengan 13.000 dong/kg pada awal tahun ini.