Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Masih Sepi, Harga Pangan Ikut Tertekan

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia mengaku harga komoditas pangan di pasaran terus tertekan sejalan dengan rendahnya permintaan dari pembeli.
Pedagang melayani pembeli di pasar Pondok Labu, Jakarta, Kamis (23/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pedagang melayani pembeli di pasar Pondok Labu, Jakarta, Kamis (23/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan kebutuhan pangan pokok yang tak setinggi sebelum pandemi membuat harga di tingkat konsumen cenderung stabil dan tak mengalami kenaikan signifikan. Kondisi ini pun berimbas pada menurunnya penjualan di kalangan pedagang.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengemukakan kondisi pasokan yang masih terjaga namun permintaan yang melambat membuat harga komoditas pangan di pasaran terus tertekan. Berdasarkan laporan yang dia terima, penjualan komoditas pangan turun di kisaran 50 sampai 60 persen.

“Musim permintaan tinggi saat 17 Agustus lalu sudah berlalu dan yang kami rasakan permintaan terus turun dan harga tertekan karena produksi banyak. Hal ini yang menjadi persoalan tersendiri bagi produsen dan pedagang,” kata Mansuri saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (25/8/2020).

Ketersediaan pangan yang rentan mengalami kenaikan seperti bawang merah dan cabai-cabaian pun disebutnya stabil meski Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa puncak musim kemarau jatuh pada Agustus-September ini. Meski demikian, dia tak memungkiri jika ada potensi kenaikan ketika pasokan mulai berkurang.

“Saya dengar pasokannya relatif aman dibandingkan dengan periode sebelumnya untuk bawang merah,” ujarnya.

Layaknya produk hortikultura utama seperti bawang dan cabai-cabaian, Mansuri melaporkan bahwa harga beras di lapangan memperlihatkan tren serupa. Pasokan dan permintaan beras di pasaran sejauh ini masih terimbas guyuran bantuan sosial sembako sehingga harga tak banyak berfluktuasi. Penjualan beras komersial justru turun karena terdistorsi bantuan sembako pemerintah.

“Bantuan sosial seperti beras dan minyak goreng sekarang cukup kuat peredarannya sehingga harga di pasar komersial terjaga. Harga tidak memungkinkan tinggi karena ini,” ujarnya.

Menurunnya penjualan beras komersial ini pun tercermin pada emiten produsen beras PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) yang melaporkan bahwa pangsa pasar mengalami penurunan sebagai imbas dari penyaluran bantuan beras dari pemerintah kepada masyarakat. Hal ini pun turut dipengaruhi oleh berkurangnya aktivitas perdagangan di pasar tradisional dan modern.

“Untuk mengantisipasi kondisi ini, Perseroan melakukan upaya membuka jaringan pemasaran di tempat-tempat yang belum dimasuki produk-produk Perseroan,” tulis perusahaan dalam laporan terkini mengenai dampak pandemi Covid-19.

HOKI tercatat hanya membukukan penjualan sebanyak 1.575 ton sepanjang kuartal II, turun 93 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 22.830 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper