Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kadin: Pasar Domestik Masih Jadi Tulang Punggung

Kadin menilai pasar domestik dinilai menjadi tulang punggung bagi sektor perdagangan Tanah Air seiring dengan lesunya perdagangan luar negeri selama pandemi Covid-19.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani, memberikan paparan pada Indonesia-Korea Business Dialogue di Tangerang, Senin (6/8/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani, memberikan paparan pada Indonesia-Korea Business Dialogue di Tangerang, Senin (6/8/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar domestik dinilai menjadi tulang punggung bagi sektor perdagangan Tanah Air selama masa pandemi Covid-19. Pasalnya, pasar ekspor sedang tidak ideal karena rantai pasok terganggu akibat penutupan perbatasan di berbagai negara.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani mengatakan kondisi tersebut membuat persaingan di sektor perdagangan luar negeri menjadi semakin ketat.

"Para eksportir nasional harus bersaing lebih ketat, bukan hanya dari segi kualitas dan efisiensi produksi, tetapi juga efisiensi supply chain yang terganggu kelancarannya karena penutupan perbatasan berbagai negara yang mengganggu kelancaran arus barang," ujar Shinta kepada Bisnis.com, Selasa (11/8/2020).

Oleh karena itu, jelas Shinta, perbaikan kondisi sektor perdagangan nasional dalam jangka pendek hanya bisa mengandalkan pasar dalam negeri.

Selama masa pandemi, pasar dalam negeri menghadapi dua masalah utama. Pertama, penurunan daya beli karena berkurangnya jumlah tenaga kerja akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh perusahaan sebagai dampak dari Covid-19.

Kedua, masalah penurunan kepercayaan diri masyarakat yang berdampak terhambatnya konsumsi yang bersifat non-esensial.

Secara sistemik, kata Shinta, kedua masalah tersebut menahan laju konsumsi dan produktivitas industri. Pelaku industri dinilai bakal kian merugi apabila memproduksi lebih dari daya beli pasar, terutama di tengah kondisi sulitnya arus kas seperti saat ini.

Untuk meningkatkan daya beli, stimulus konsumtif seperti bantuan langsung tunai (BLT) dan subsidi gaji, serta stimulus kredit usaha seperti restrukturisasi, subsidi bunga, dan kredit padat karya harus dikucurkan sesegera mungkin.

Pemerintah, lanjutnya, juga bisa meningkatkan daya beli, kepercayaan diri konsumen, dan peningkatan konsumsi industri melalui peningkatan realisasi belanja pemerintah, khususnya belanja-belanja yang melibatkan sektor-sektor ekonomi padat karya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper