Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Agus Somamihardja

Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan

Agus Somamihardja adalah Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan. Dia dikenal juga sebagai pemerhati dan praktisi industri perikanan terutama untuk budidaya udang nnn

Lihat artikel saya lainnya

Potensi Ekonomi Perikanan Terbentur Sarana Produksi dan Logistik

Infrastruktur produksi, logistik, dan transportasi masih menjadi kendala industrialisasi sektor kelautan dan perikanan.
Rajungan hasil tangkapan nelayan di Desa Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (16/4/2020). ANTARA
Rajungan hasil tangkapan nelayan di Desa Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (16/4/2020). ANTARA


Pangan menjadi prioritas semua negara dalam memulihkan kesehatan dan ekonomi masyarakat saat dan pasca pandemi. Negara dengan sumber daya lahan dan lautan luas seperti Indonesia diprediksi mampu bangkit lebih cepat. Komoditas kelautan dan perikanan, baik tangkap maupun budi daya, berpotensi menjadi program quick yield.

Merespon cepat intruksi Presiden membuat langkah extra ordinary, Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) merancang lima langkah strategis. Pertama, menginventarisasi potensi sumber daya kelautan perikanan (KP) berbasis wilayah, memilih komoditas unggulan, menentukan target spesifikasi final products.

Kedua, menggenjot perikanan tangkap dan budi daya, meningkatkan efisiensi distribusinya, baik ke konsumen akhir maupun ke unit pengolahan ikan (UPI). Ketiga, mendorong UPI lebih kreatif dan inovatif agar berdaya saing. Produk KP harus menjadi trend-setter di kalangan generasi muda global, melalui inovasi bahan baku lokal.

Keempat, meningkatkan efisiensi logistik, membangun sistem informasi rantai-suplai hulu-hilir realtime berbasis teknologi informasi (TI). Kelima, memperkuat kajian ilmiah monitoring dinamika populasi dan kelimpahan ikan demi optimalisasi pemanfaatan yang keberlanjutan. Data yang benar menjadi acuan arah kebijakan ke depan. Data yang salah menyesatkan.

Nelayan besar dan kecil, pembudidaya berikut industri pendukungnya, jasa pengangkut, pedagang, pengolah dan eksportir adalah penggerak riil ekonomi sektor KP.

Indonesia baru menempati urutan ke-13 eksportir perikanan di dunia dengan andil 2,7%. Menurut BPS, ekspor produk KP 2018 sebesar US$4,86 miliar. Pada 2019 sedikit meningkat menjadi US$4,94 miliar. Udang menyumbang 35%, tuna tongkol cakalang (TTC) 15%, cumi sotong gurita (CSG) 11%, rajungan-kepiting 8% dan rumput laut 7%.

Mengingat potensi pasar dan kelimpahan sumber daya, pemerintah menetapkan mereka sebagai andalan perikanan tangkap. Sementara udang, rumput laut, tilapia, kerapu, patin, sidat, lobster dan ikan hias menjadi unggulan budi daya. Program pemuliaan induk unggul dan peningkatan kandungan bahan baku lokal industri pakan segera direalisasikan.

Mencermati lalu lintas komoditas perikanan, setiap wilayah memiliki produk unggulan masing-masing. Bangka, Belitung, dan Pontianak dominan dengan CSG. Rumput laut dan bandeng melimpah di Tarakan. Sulawesi Utara unggul di tuna dan ikan layang. Tuna, tenggiri dan ikan kembung melimpah di Papua.

Kendari kaya akan cakalang dan tongkol. Bandeng, rumput laut dan udang vaname melimpah di Makassar. Demi efesiensi dan pemerataan, UPI diprioritaskan di berbagai wilayah sesuai kelimpahan sumber dayanya.

Sekitar 60% impor perikanan Indonesia adalah tepung ikan, tepung cumi, tuna dan cakalang. Tepung cumi diimpor dari China dan Korea Selatan. Tuna dan cakalang disuplai oleh China dan Vietnam. Kedepan, kebijakan impor akan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku lokal. Industri tepung ikan dan cumi diprioritaskan mendukung pabrik pakan guna menggenjot perikanan budi daya.

Diakui, produktivitas nelayan masih rendah. Ikan sangat highly perishable. Munculnya berbagai inovasi teknologi yang diikuti tumbuhnya usaha rintisan di sektor KP memungkinkan introduksi teknologi digital berbasis TI kepada nelayan, pembudidaya dan UKM pengolahan ikan. Selain mendongkrak produktivitas dan efisiensi, teknologi digital membuka akses pasar, menjembatani produsen dan konsumen.

Disisi lain infrastruktur, logistik dan transportasi masih menjadi kendala industrialisasi sektor KP. Reefer container untuk mengangkut produk KP dari kawasan timur ke pelabuhan ekspor di Surabaya dan Jakarta masih kurang dan mahal. Kementerian Perhubungan siap menambah rute tol laut. Demi efisiensi, kedepan ekspor produk KP ke berbagai negara tujuan didorong bisa langsung dari pelabuhan terdekat.

Sejarah membuktikan bahwa keterbukaan dan kerja sama adalah prasyarat majunya industri suatu negara. Jepang menjadi macan industri Asia karena cepat membuka diri. China menjelma menjadi raksasa ekonomi setelah membuka tirai bambunya. Keduanya cepat menyerap, beradaptasi, mengadopsi dan berinvestasi bersama menguatkan industri dalam negeri.

Kapal penangkap ikan besar dan modern dibutuhkan untuk beroperasi di zona ekonomi eksklusif (ZEE) dan laut lepas. Diakui, industri galangan kapal nasional belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pemerintah mendorong pelaku usaha nasional proaktif menguatkan industri KP di dalam negeri, termasuk bila masih harus mengimpor kapal buatan asing.

Revisi beberapa peraturan menteri KP mengenai perizinan, ukuran kapal, alat tangkap, transhipment, pengaturan zonasi dan konservasi dimaksudkan untuk memperbaiki iklim usaha bagi nelayan kecil, pengusaha lokal dan swasta nasional, termasuk yang bermitra dengan investor asing.

Demi keberlanjutan, eksplorasi sumber daya alam harus dibarengi pengawasan dan pengendalian. Sesuai jenis dan karakeristiknya, sebagian ikan hidup berkembang di sekitar pantai. Sebagian bergerak jauh bermigrasi melewati batas negara. Bila tidak dimanfaatkan akan ditangkap nelayan asing di laut lepas.

Lobster misalnya, menurut beberapa kajian bertelur dan menetas di perairan antara Papua dan Australia. Sebagian larvae lobster terbawa arus ke perairan Indonesia mengikuti pola dinamika oseanografi. Dalam perjalananya sebagian besar mati, lainnya dimangsa hewan lain menjadi bagian rantai makanan. Hanya satu dari sepuluh ribu berpeluang hidup sampai dewasa.

Intervensi manusia memungkinkan benih lobster yang fragile dibudidayakan secara terkendali. Vietnam telah lama mendapat keuntungan ekonomi membesarkan benih lobster yang berlimpah di Indonesia. Larangan penangkapan benih lobster selama ini, selain telah menghilangkan mata pencaharian nelayan kecil, juga menutup kesempatan belajar dan menyia-nyiakan potensi ekonomi masyarakat dari budi daya lobster.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper