Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar pelatihan pembuatan mie dari rumput laut yang bertujuan menghidupkan ekonomi masyarakat sekaligus memanfaatkan potensi rumput laut Indonesia.
Pelatihan kali ini, KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) dan Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Medan menggandeng Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Winner Perkasa Indonesia Unggul. Pelatihan ini melibatkan 804 peserta dari beragam profesi di seluruh wilayah Indonesia.
Sjarief Widjaja, Kepala BRSDM mengatakan, rumput laut (algae) merupakan salah satu produk perikanan unggulan Indonesia yang menjanjikan untuk dikembangkan sebagai peluang usaha.
Sedikitnya terdapat 550 jenis rumput laut dari sekitar 8.000 jenis yang ada di dunia dapat tumbuh dengan baik di wilayah Indonesia. Hal itu menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen rumput laut nomor satu di dunia, khususnya untuk jenis eucheuma cottoni.
“Produksi rumput laut nasional tahun 2019 mencapai 9,9 juta ton. KKP menargetkan produksi ini meningkat hingga 10,99 juta ton pada tahun 2020 dan 12,33 juta ton pada tahun 2024,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (23/7/2020).
Rumput laut Indonesia tercatat memiliki pasar yang besar. Data Food and Agriculture Organization (FAO) 2019, Indonesia menguasai lebih dari 80% pangsa pasar ekspor. Beberapa negara peminat di antaranya ialah Tiongkok dan Filipina. Baru-baru ini, Vietnam juga membuka pasarnya menjadi potensi ekspor baru.
Baca Juga
Pada tahun 2019, nilai ekspor rumput laut Indonesia mencapai US$324,84 juta. Angka ini tumbuh 11,31 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai US$291,83 juta. Adapun, selama tahun 2014-2019, ekspor rumput laut nasional tercatat tumbuh rata-rata sebesar 6,53 persen per tahun.
“Meskipun begitu, patut disayangkan bahwa rumput laut yang kita ekspor saat ini umumnya masih berupa bahan baku mentah. Untuk itu, pelatihan membuat mie rumput laut kali ini diharapkan dapat berkontribusi sebagai terobosan untuk meningkatkan nilai tambah rumput laut,” jelasnya.
Lilly Aprilya Pregiwati, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) berharap, pelatihan ini dapat menjadi peluang usaha baru bagi masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Kendati pembatasan sosial masih berlaku di beberapa daerah, dia mendorong agar masyarakat tetap produkif dan aktif berkarya.
“Dengan pengetahuan dan keterampilan mengolah mie rumput laut, diharapkan pelatihan ini dapat mendijadikan peluang usaha baru bagi masyarakat Indonesia,” ucapnya.
Maria Gigih, Ketua P2MKP Winner Perkasa Indonesia Unggul sekaligus selaku pelatih, mengatakan bahwa rumput laut memiliki potensi pasar yang besar.
Dari pengalamannya menekuni usaha rumput laut selama lebih dari 20 tahun, rumput laut selalu memiliki peminat yang tinggi terutama untuk ekspor. Hal ini terbukti dari rata-rata volume ekspor usahanya yang mencapai 100 ton/bulan dengan omzet sekitar Rp3 miliar.
“Saya berharap supaya serapan rumput laut dalam negeri itu meningkat. Jadi tidak hanya besar di ekspor, tapi orang dalam negeri tidak kenal,” jelasnya.