Bisnis.com, JAKARTA — Pandemi Covid-19 telah membuat Kementerian Perindustrian merevisi target pertumbuhan produksi industri tekstil dan produk tekstil ke zona merah. Namun, Kemenperin optimistis dapat menjaga neraca dagang industri TPT tetap surplus pada akhir 2020.
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh mengatakan bahwa pihaknya telah memprognosis pertumbuhan produksi tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi negatif 1 persen.
Adapun, realisasi laju pertumbuhan industri TPT pada kuartal I/2020 tercatat sebesar -1,24 persen.
“[Industri TPT] bisa pulih [pada semester II/2020], tapi tidak bisa kembali ke kondisi sedia kala karena [performa] ekspornya masih belum baik. Untuk [kembali seperti kondisi] normal sulit. Jadi, mudah-mudahan pada 2021 sudah mulai normal," katanya kepada Bisnis, Kamis (23/7/2020).
Oleh karena itu, menurut Elis, pihaknya akan fokus memulihkan industri kecil dan menengah (IKM) TPT dalam waktu dekat. Pasalnya, mayoritas IKM TPT berorientasi pasar domestik.
Elis menyampaikan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri untuk mempromosikan produk TPT lokal ke pasar-pasar tradisional dan nontradisional.
Baca Juga
Walaupun pertumbuhan volume produksi indsutri TPT melambat, dia optimistis kementerian dapat menjaga neraca dagang TPT tetap surplus. Namun, dirinya memastikan tren penurunan nilai neraca dagang akan berlanjut pada tahun ini.
Badan Pusat Statistik mendata neraca perdagangan industri TPT pada akhir 2019 mencapai US$3,49 miliar. Angka tersebut lebih rendah sekitar 23 persen dari realisasi akhir 2018 yakni senilai US$4,59 miliar.
Elis optimistis Kemenperin dapat menjaga neraca dagang industri TPT nasional setidaknya senilai US$3 miliar. Dengan kata lain, neraca dagang industri TPT pada akhir 2020 dapat terkontraksi hingga 14,04 persen secara tahunan.
"Kalaupun sekarang ekspornya turun, saya juga harus mengendalikan impornya supaya impornya turun. Kalau keduanya turun, neraca saya masih surplus," ucapnya.