Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) turut melestarikan salah satu cagar budaya dengan menjadikan Stasiun Pasar Senen sebagai stasiun terpadu pada 17 Juni 2020. Lantas, apa saja sejarah dan kisah yang tertinggal di stasiun ini?
VP Public Relations KAI Joni Martinus mengaku perseroan tetap menjaga keaslian bangunan yang merupakan salah satu bagian dari sejarah perkeretaapian di Indonesia. Adapun, stasiun tersebut sudah beroperasi sejak 1887.
“Kami berkomitmen untuk secara konsisten merawat stasiun-stasiun kereta api untuk kenyamanan pelanggan saat akan menggunakan kereta api,” kata Joni, Selasa (21/7/2020).
Dia menambahkan stasiun yang terletak di Jalan Pasar Senen No. 14, Kecamatan Senen ini telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang terdaftar di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dengan nomor registrasi RNCB.19930329.02.000810 berdasarkan SK Menbudpar No: PM.13/PW.007/MKP/05 dan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475/1993.
Joni bercerita Stasiun Pasar Senen pertama kali diresmikan pada 31 Maret 1887 oleh perusahaan kereta api swasta Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS). Peresmian ini bersamaan dengan dibukanya jalur Batavia (Jakarta) - Bekasi.
Terowongan bawah tanah di Stasiun Pasar Senen, nampak pelanggan hendak naik kereta rel listrik. /Dok. Kitlv - www.kai.id
Kemudian pada 1898, lanjutnya, kepemilikan Stasiun Pasar Senen beralih menjadi milik perusahaan kereta api negara, Staatssporwegen (SS) setelah seluruh lintas BOS dibeli oleh SS.
Pihaknya menyebut pada awal didirikan, bangunan Stasiun Pasar Senen bergaya Indische Empire dengan kanopi besi setengah yang menaungi dua jalur rel di bawahnya. Sejak 1913, Stasiun Pasar Senen dan stasiun-stasiun besar di Jakarta mulai direnovasi besar-besaran.
Bangunan utama stasiun dibongkar total dan dibangun bangunan baru yang diresmikan pada 19 Maret 1925. Bagian peronnya pun dilengkapi dengan terowongan bawah tanah untuk penyeberangan ke peron lainnya. Terowongan ini merupakan terowongan penyeberangan pertama di stasiun yang dibangun di Indonesia.
Koran Javabode (koran di masa kolonial), kata Joni, menggambarkan Stasiun Pasar Senen yang baru sebagai stasiun yang indah, rapi, dan kokoh dengan terowongan penyeberangan seakan seperti di Stasiun Amsterdam atau Haarlem. Stasiun ini selain melayani pelanggan kereta api lokal (terutama kereta rel listrik) juga melayani pemberangkatkan kereta api jarak jauh.
Kini, kondisi Stasiun Pasar Senen kian rapi dan tertata setelah KAI bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PT Mass Rapid Transit Jakarta (Perseroda) berkolaborasi dalam melakukan penataan kawasan stasiun kereta api di DKI Jakarta yang diresmikan pada Rabu (17/6/2020).
Saat ini sudah ada integrasi di sisi utara stasiun dengan penyediaan halte bus transjakarta. Lalu ada lokasi menurunkan pelanggan angkutan daring dan area antrean angkutan bajaj di sisi selatan stasiun. Kemudian pelanggan juga dapat memanfaatkan lay-by kendaraan area untuk drop off-pick up mobil serta bus kecil (Jak Lingko & Reguler) untuk menghindari penumpukan kendaraan.
Kondisi terkini Stasiun Pasar Senen usai dilakukan penataan dan menjadi stasiun terpadu. Dok. www.kai.id
Stasiun Pasar Senen, lanjutnya, merupakan salah satu stasiun tersibuk di Indonesia. Saat kondisi normal sebelum Pandemi Covid-19, jumlah pelanggan KRL mencapai 7.342 pelanggan perhari. Adapun, pelanggan KA Jarak Jauh dan Lokal mencapai 16.308 pelanggan per hari, dan saat peak season 19.379 pelanggan per hari.
Pada masa new normal, KAI mengoperasikan tiga KA Jarak Jauh dari Pasar Senen yaitu KA Bengawan (Pasar Senen - Purwosari pp), KA Tegal Ekspress (Pasar Senen - Tegal pp), dan KA Serayu (Pasar Senen - Purwokerto pp). Seluruh pelanggan diharuskan melengkapi syarat sebelum dapat berangkat dan diharuskan mematuhi seluruh protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.