Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anomali Iklim, Ekspor Pupuk Nasional Melesat

Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) pertumbuhan nilai ekspor tersebut disebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan pupuk nasional.
Petani padi melakukan pemupukan di lahan sawahnya dengan pupuk urea bersubsidi. istimewa
Petani padi melakukan pemupukan di lahan sawahnya dengan pupuk urea bersubsidi. istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai ekspor industri pupuk nasional tercatat tumbuh positif selama paruh pertama 2020. Pertumbuhan tersebut dinilai karena anomali dalam musim kemarau 2020.

Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) pertumbuhan nilai ekspor tersebut disebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan pupuk nasional. Adapun, pabrikan akan menjaga momentum pertumbuhan nilai ekspor tersebut hingga akhir 2020.

"Produsen melakukan ekspor melalui proses tender dengan catatan harus mendapatkan untung. Strategi  [yang dipilih adalah] melihat [kondisi produksi pupuk] pesaing utama seperti China, Malaysia, dan [negara-negara di] Timur Tengah," ujar Sekretaris Jenderal APPI Dadang Heru Kodri kepada Bisnis, Rabu (15/7/2020).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pupuk per Juni 2020 terkontraksi 6,3 peren secara bulanan menjadi US$21,7 juta. Namun demikian, nilai ekspor pupuk sepanjang semester I/2020 tumbuh hingga 40,77 persen secara tahunan menjadi US$362,3 juta.

Dadang menyatakan pihaknya akan melihat permintaan pupuk nasional dan persediaan pupuk subsidi dalam menyusun strategi ekspor pada semester II/2020. Selain itu, lanjutnya, pabrikan juga akan mengamati harga dan permintaan yang terbentuk di pasar global.

"Pilihan negara sekarang terbuka untuk Australia karena musim penghujan di bagian timur tinggi. [Kalau] harga fluktuatif. Hanya, sesuai data Januari-Juni] 2002 leih besar [harganya] dari Januari-Juni 2019," ucapnya.

Namun demikian, Dadang menyatakan negara-negara di Asia Tenggara dan India berpotensi keluar dari negara tujuan ekspor tahun ini. Pasalnya, lanjutnya, negara-negara tersebut berpotensi tidak menguntungkan lantaran perubahan iklim.

Di samping itu, Dadang berujar pabrikan akan mengamati proses produksi pupuk di Negeri Tirai Bambu. 

Dadang menyampaikan bahwa produk pupuk yang diekspor merupakan pupuk urea dalamentuk Prill maupun Granular.

Walaupun niai ekspor pupuk nasional tumbuh hampir 50 persen, Dadang menyebut permintaan pasar domestik menjadi prioritas utama.

Pihaknya mendata serapan pupuk selama 4 bulan pertama 2020 tumbuh sekitar 5-10 persen secara tahunan. Namun demikian, Dadang menyatakan pihaknya belum dapat meramalkan pertumbuhan serapan pupuk pada akhir 2020.

Adapun, kapasitas terpasang pabrikan pupuk urea saat ini mencapai 9,8 juta ton per tahun, sedangkan pupuk NPK sekitar 3,2 juta ton per tahun.

Sementara itu, utilitas rata-rata pabrikan pupuk di dalam negeri saat ini berada di posisi 85 persen atau relatif stabil dengan realisasi periode yang sama tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper