Bisnis.com, JAKARTA - Pengusaha logistik masih mengkhawatirkan implementasi Standar Euro 4 dan mandatori B30 akan menambah beban biaya operasional. Selain itu, kesiapan sejumlah pihak juga masih dipertanyakan.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita meminta pemerintah tidak gegabah dan terburu-buru dalam mengambil keputusan tentang penerapan Euro 4. Pasalnya, banyak hal yang perlu dipersiapkan, tidak hanya urusan mesin tetapi juga bahan bakar yang sesuai.
"Tolong semua ahli di bidang masing-masing dikerahkan untuk memgeluarkan suatu keputusan yang dampaknya masif," ujarnya dalam keterangan pers, Selasa (17/7/2020).
Pihaknya khawatir jika mesin diesel Euro 4 dipaksakan berlaku pada 2022, namun belum ada kajian teknis yang kuat, maka akan membebani para pelaku usaha logistik. Saat ini terdapat keraguan apakah mesin diesel Euro 4 bisa mengonsumsi bahan bakar B30 (campuran 30 persen bahan bakar nabati) sesuai roadmap pemerintah untuk menggalakkan energi hijau di Indonesia.
"Truk-truk sudah diwajibkan pakai biodiesel, tapi apakah pemerintah sudah melakukan pengecekan dan pengujian mesin Euro 4 bisa memakai solar B30. Saya bukan ahlinya, yang berwenang yang harus mengecek. Jangan sampai nanti malah menyebabkan mesin cepat rusak. Misalkan menimbulkan kerak di mesin dan lain-lain," sebutnya.
Untuk itu pengecekan secara menyeluruh dan pengujian mesin seama beberapa tahun perlu dilakukan untuk memastikan mesin diesel Euro 4 aman memakai bahan bakar B30. Namun dari pengalaman kebijakan ODOL, pihaknya ragu hal itu bisa dilakukan pemerintah. "Kebijakan ODOL saja plin-plan dari Kemenhub. Padahal itu lebih penting daripada menerapkan Euro 4," lanjutnya.
Baca Juga
Zaldy meyakini penerapan Euro 4 untuk kendaraan diesel akan kembali mundur, atau batal diberlakukan pada 2022. Meski begitu, pada dasarnya ALI siap menjalankan dan mendukung kebijakan pemerintah jika memang harus berlaku pada 2022.
"Saya yakin Euro 4 diesel akan mundur lagi [dari 2022]. Tapi pada dasarnya kami siap mendukung kalau diberlakukan asal tidak menambah biaya transportasi," ujarnya.
Selain itu, penyediaan bahan bakar mesin (BBM) kendaraan Euro 4 di Tanah Air masih berfokus pada Pertamax Turbo dari Pertamina. Proses edukasi dan sosialisasi masih menjadi perhatian utama Pertamina sebelum meningkatkan produksinya.
Belanja Modal
CEO PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Muhammad Feriadi menyatakan sebagai pelaku industri jasa logistik yang menggunakan alat transportasi, pihaknya tentu selalu mendukung kebijakan yang diambil pemerintah.
Dia meyakini aturan yang diambil pemerintah ini tentu demi kebaikan semua, terlebih untuk mengurangi polusi udara. "Enggak mungkin aturan ini dibuat untuk membuat kita lebih buruk," ujarnya.
Feriadi menambahkan saat ini JNE memiliki armada roda empat sekitar 12.000-an secara nasional.
Dia mengakui implementasi Euro 4 akan berdampak pada belanja modal perusahaan ke depan. Meski demikian, JNE belum menyiapkan strategi khusus menghadapi itu sehingga belum bisa mengestimasi besaran investasi, termasuk untuk mengganti armada.
"Artinya kalo ini (Euro4) menjadi hal yang kita tempuh. Yang pasti kami akan comply [menyesuaikan] dengan aturan yang berlaku," jelasnya.