Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur Tertekan, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II/2020 Diperkirakan Minus 6 Persen

Kondisi ini diperkirakan akan membuat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 akan kembali mengalami perlambatan. 
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja industri manufaktur mengalami tekanan yang sangat dalam selama kuartal II/2020 sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Kondisi ini diperkirakan akan membuat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 akan kembali mengalami perlambatan. 

Bank Indonesia mencatat prompt manufacturing index (PMI) BI pada kuartal II/2020 adalah sebesar 28,55%, turun dari 45,64% pada kuartal sebelumnya dan jauh lebih rendah dari PMI pada kuartal II/2019 yang tercatat sebesar 52,66%.

Berdasarkan laporan PMI-BI yang dirilis pada Senin (13/7/2020), kontraksi PMI pada kuartal II/2020 terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMI-BI. Kontraksi paling dalam terjadi pada komponen volume produksi sejalan dengan menurunnya permintaan akibat pandemi Covid-19.

Ekonom CORE Yusuf Rendy Manilet berpendapat rilis data PMI-BI tersebut semakin mendukung prediksi bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 akan turun cukup dalam. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini akan terkontraksi hingga -6%.

"PMI-BI jika disandingkan dengan dengan data Purchasing Manager Index (PMI) Nikkei, kita melihat pola yang sama bahwa kinerja industri manufaktur pada kuartal II/2020 terkontraksi sangat dalam. Ini mencerminkan prediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2020 akan terkontraksi -6%," katanya kepada Bisnis, Senin (13/7/2020).

BI memperkirakan kinerja industri pengolahan pada kuartal ketiga akan membaik meskipun masih berada pada fase kontraksi, tercermin dari prediksi indeks PMI-BI sebesar 45,72%, yang didorong oleh subsektor pupuk, kimia dan barang dari karet, serta makanan, minuman, dan tembakau.

Namun demikian, menurut Yusuf, prediksi tersebut justru menjadi gambaran awal bahwa proses pemulihan ekonomi di kuartal III/2020 akan berjalan lebih lambat dari proyeksi pemerintah.

"Jika mengacu pada proyeksi ini maka betul, di kuartal ke III potensi pertumbuhan ekonomi masih berada di bawah level proyeksi pemerintah, apalagi jika kembali pada fakta bahwa industri manufaktur merupakan sektor penopang ekonomi," jelasnya.

Yusuf mengatakan, pada Juni 2020 pelonggaran PSBB memang sudah dilakukan di beberapa kota, namun jika merujuk pada tren mobilitas yang dikeluarkan oleh Google, hampir semua pergerakan aktifitas masih berada pada tren pertumbuhan kontraksi.

Misalnya, berdasarkan data per 7 Juli 2020, pergerakan aktivitas sektor ritel dan rekreasi masih tercatat -14%, pusat transportasi umum -33%, dan tempat kerja 33%.

"Artinya sudah lewat 1 bulan dari pelonggaran PSBB yang dilakukan pemerintah, ternyata belum mendorong masyarakat untuk kemudian beraktivitas secara normal," tuturnya.

Bahkan, menurut Yusuf, data ini juga selaras dengan hasil analisa di Amerika Serikat yang menyebutkan bahhwa masyarakat akan secara sukarela melakukan lockdown mandiri jika pandemi Covid-19 berkepanjangan.

Sementara itu, Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Eric Alexander Sugandi mengatakan industri pengolahan sebagai kontributor terbesar PDB Indonesia. Oleh karena itu, kontraksi yang terjadi pada sektor industri ini akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020.

"Jika kontraksi industri pengolahan besar, maka kontraksi PDB di kuartal II/2020 besar juga," katanya.

Di samping itu, menurut Eric jika sektor ini terkontraksi tajam, maka permintaan kondumsi rumah tangga juga akan melambat bahkan turun, karena penyerapan tenaga kerja di industri pengolahan cukup besar.

Eric memprediksi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini akan terkontraksi pada kisaran -4 hingga -6% yoy.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper