Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri Arifin Tasrif Tegaskan Komitmen Peningkatan EBT di Konferensi IEA

Indonesia kembali menegaskan komitmen yang kuat dalam menerapkan energi bersih dalam meningkatkan pasokan energi, dengan memperluas pemanfaatan serta mendorong investasi energi terbarukan.
Peserta menyoroti dampak pandemi Covid-19 pada sistem energi mereka, menggarisbawahi pentingnya menemukan cara untuk mendukung transisi energi bersih meskipun menghadapi tantangan saat ini. /iea.org
Peserta menyoroti dampak pandemi Covid-19 pada sistem energi mereka, menggarisbawahi pentingnya menemukan cara untuk mendukung transisi energi bersih meskipun menghadapi tantangan saat ini. /iea.org

Bisnis.com, JAKARTA--Indonesia kembali menegaskan komitmen yang kuat dalam menerapkan energi bersih dalam meningkatkan pasokan energi, dengan memperluas pemanfaatan serta mendorong investasi energi terbarukan.

Komitmen ini disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat menjadi pembicara dalam pertemuan virtual International Energy Agency (IEA) Clean Energy Transitions Summit, ajang pertemuan global terbesar di bidang energi dan iklim. Pertemuan ini mengumpulkan lebih dari 40 menteri dari negara-negara yang mewakili 80 persen penggunaan dan emisi energi global.

"Untuk memenuhi permintaan energi, Indonesia telah menetapkan target 23 persen energi terbarukan dalam bauran energi pada 2025. Kebijakan ini, dikombinasikan dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi hingga 29 persen pada 2030, merupakan jalan yang jelas menuju sistem energi yang lebih bersih," ujar Arifin, dikutip dari keterangan pers, Jumat (10/7/2020).

Arifin juga mengungkapkan bahwa dengan adanya pandemi Covid-19, saat ini ekonomi dunia tengah menghadapi tantangan yang tidak mudah, mempengaruhi setiap sudut dunia dan menghambat pembangunan berkelanjutan dan transisi energi bersih.

Salah satu dari banyak dampak pandemi di sektor energi tecermin dalam penurunan yang signifikan pada konsumsi energi global karena penerapan kebijakan isolasi dan lockdown. Namun sisi baiknya, kebijakan lockdown juga membawa dampak positif bagi pengurangan signifikan emisi CO2 di Indonesia.

"Oleh karena itu, selama masa yang penuh tantangan ini, produksi energi harus disesuaikan untuk menciptakan keseimbangan baru dan untuk mendorong transisi energi bersih," katanya.

Untuk mencapai target dan mendorong investasi energi terbarukan, Pemerintah Indonesia saat ini sedang mempersiapkan Peraturan Presiden tentang feed in tariff.

Di saat yang bersamaan, Indonesia juga menggunakan potensi energi terbarukan untuk menyediakan pasokan energi bagi masyarakat di daerah terpencil dan terluar. Pemerintah juga menargetkan untuk mengganti semua pembangkit listrik tenaga diesel dalam 3 tahun ke depan.

"Kami sedang mencari terobosan untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik tenaga batubara. Salah satunya dengan mekanisme co-firing biomassa pada pembangkit listrik batubara untuk mengurangi emisi dan meningkatkan peran energi terbarukan. Kami juga berencana untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batubara tua dan menerapkan teknologi energi batubara ramah lingkungan," kata Arifin.

Menurutnya, biomassa sangat penting dalam proses transisi energi bersih Indonesia, mengingat biomassa adalah sumber energi terbarukan yang dapat diolah dalam bentuk limbah dan sekaligus mengurangi emisi.

Saat ini, Indonesia tengah mempersiapkan fasilitas pemanfaatan limbah ke energi di 14 kota, mengintegrasikan pengelolaan limbah dan pembangkit listrik. Di samping itu, Indonesia juga meningkatkan pemanfaatan biomassa sebagai alternatif bahan bakar fosil.

"Dalam transportasi, kami saat ini sedang mengembangkan biofuel untuk secara bertahap mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dengan memperkenalkan biodiesel dan membangun kilang hijau (green refinery) untuk memaksimalkan potensi minyak sawit (fatty acid methylesster/FAME)", ujarnya.

Selain pemanfaatan biomassa, Pemerintah Indonesia memastikan keberlanjutannya, mengingat Indonesia memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia. Investasi dalam pemanfaatan teknologi dan sistem diperlukan untuk mencapai efisiensi energi yang lebih baik.

"Kami telah menetapkan target yang berani untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama dari sektor hutan dan penggunaan lahan. Kami bekerja sama dengan mitra kami dalam program Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+) untuk mencapai target ini, salah satunya adalah melalui kemitraan dengan Kerajaan Norwegia dalam model kinerja harga karbon terverifikasi, yang telah terbukti mengurangi setara dengan 11,2 Juta ton CO2," kata Arifin.

Indonesia juga sangat menghargai kerja sama dengan IEA dalam mendukung transisi energi. Pada kesempatan ini, Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol juga mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang telah terjalin antara Indonesia dan IEA.

"Sebagaimana Menteri Tasrif sampaikan, kami juga sangat senang bekerja sama dengan Indonesia dalam konteks program transisi energi bersih pada energi terbarukan," ujar Birol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper