Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Logo Lama Kementerian BUMN Tak Ada Simbol Garuda, Erick Thohir: BUMN Jadi Pilih Diri Sendiri

Menteri BUMI Erick Thohir mengatakan pilihan jenis font atau huruf yang digunakan dalam logo baru lebih dinamis dan tidak kaku. Hal ini menjadi perwujudan ekosistem BUMN yang adaptif dan lebih muda.
Menteri BUMN Erick Thohir (dari kiri) didampingi Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wiroatmojo dan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di kompleks parlemen, Jakarta, Senin (2/12/2019). Bisnis/Arief Hermawan P
Menteri BUMN Erick Thohir (dari kiri) didampingi Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wiroatmojo dan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di kompleks parlemen, Jakarta, Senin (2/12/2019). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan perubahan logo baru Kementerian BUMN merupakan bagian dari transformasi filosofi.

Dia menjelaskan, dalam logo sebelumnya tidak ada lambang Garuda sama sekali. Dia berkelakar, hal itu menjadi penyebab BUMN lebih berfokus pada diri sendiri dibandingkan kepada masyarakat.

“Logo sebelumnya tidak ada Garudanya sama sekali, jadi jangan disalahkan kalau bumn lebih memilih kepentingan diri sendiri, bahkan logonya juga orang memeluk barang. Kalau ini garuda, kita kerja untuk bangsa dan negara,” katanya, Kamis (2/7/2020) malam.

Dia juga menjelaskan bahwa pilihan jenis font atau huruf yang digunakan dalam logo baru lebih dinamis dan tidak kaku. Hal ini menjadi perwujudan ekosistem BUMN yang adaptif dan lebih muda.

Sementara itu, perubahan slogan dari ‘BUMN untuk Negeri’ menjadi ‘BUMN untuk Indonesia’ menurutnya mencerminkan fokus Kementerian untuk menjaga rantai pasok di dalam negeri.

Selain itu, dia mengatakan bahwa bahwa perubahan-perubahan tersebut juga diharapkan dapat membawa kipra BUMN lebih luas ke level regional dan global. Tak menutup kemungkinan, BUMN akan mengakuisisi perusahaan di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik.

“Salah satunya kalau kita harus akuisisi di luar negeri, ya kita lakukan, selama tidak bisa dilakukan di dalam negeri,” katanya.

Dia mencontohkan kebutuhan garam industri di Indonesia saat ini masih bergantung kepada impor. Di lain sisi, pengembangan industri tersebut di dalam negeri akan memakan biaya tinggi dan tidak efisien. Sehingga, langkah akuisisi sangat mungkin untuk dilakukan.

“Dibandingkan Australia atau negara lain mereka tinggal keruk pasirnya, sementara kita harus jemur dulu, sebagainya, akhirnya garam itu sangat tidak efisien, jadi tidak mungkin kita compete,” katanya.

Menurutnya, meski saat ini seluruh dunia termasuk Indonesia sedang terdampak Covid-19, peluang untuk tumbuh justru terbuka lebar. Dia meyakini Indonesia mampu menjadi negara maju pada 2045.

Transformasi di BUMN, lanjutnya, merupakan bagian dari upaya untuk mendukung cita-cita tersebut. Menurutnya, sudah saatnya korporasi Indonesia harus mulai masuk ke ranah global, baik lewat BUMN maupun swasta.

“Saya tetap optimistis, ini adalah kesempatan indonesia untuk bangkit, Indonesia Corporations, apakah BUMN, BUMN dengan swasta, atau swasta dan BUMN dukung dari belakang, ini harus terjadi,” katanya.

Dia mengatakan bahwa saat ini pekerjaan rumah tangga paling besar untuk Indonesia adalah dari sisi logistik dan teknologi. Selain itu, diperlukan penguatan penyelarasan basis data yang hingga saat ini masih berantakan.

“Banyak pengamat sudah bilang, tinggal dibetulkan logistik dan teknologinya dan kita akan bounce back,” katanya.

Dia juga memastikan bahwa pengelolaan BUMN akan lebih bersih dengan penerapan nilai inti atau core value yang meliputi Amanah, Kompetensi, Harmonis, Loyalitas, Adaptif, dan Kolaborasi (AKHLAK).

“Bohong lah dengan apapun yang dilakukan, kalau karakter tidak bersih, tidak akan bisa jalan, mengenai itu salah-satunya adalah akhlak, kita dapat jabatan karena amanah, karena amanah itu harus dijaga,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper