Bisnis.com, JAKARTA – Pasar perumahan kelas menengah bawah dinilai memiliki margin tipis sehingga pengembang sering kali mengabaikan ketersediaan fasilitas dan kelengkapan lingkungan di wilayah pengembangan.
Managing Director Ciputra Group Budiarsa Sastrawinata mengatakan bahwa salah satu kunci tetap memperoleh keuntungan ketika membangun hunian kelas menengah bawah adalah dengan melakukan pembangunan skala kota. Adapun, memiliki konsep mixed use atau transit oriented development (TOD) juga bisa menjadi nilai tambah.
“Kami percaya pasar untuk perumahan menengah ke bawah sangat menguntungkan karena pasarnya terus bertumbuh. Dengan melakukan pengembangan skala kota akan terwujud economic of scale dan mengurangi biaya-biaya,” ungkapnya dalam webinar bersama FIABCI, Selasa (23/6/2020) malam.
Pengembangan skala besar membuat pengembang tetap bisa membangun perumahan untuk kelas menengah bawah beserta fasilitas-fasilitas pendukungnya.
“Nantinya kalau kawasan yang dibangun sukses, bisa menumbuhkan kelompok masyarakat baru sehingga bisa membangun pertumbuhan ekonomi baru dan menarik bisnis baru untuk dibangun,” katanya.
Dalam pembangunan yang dilakukan, Ciputra juga cenderung mengutamakan pengembangan skala kota terintegrasi dengan transportasi. Selain itu, fasilitas yang ada juga harus lengkap agar penduduknya bisa memenuhi kebutuhannya akan edukasi, kesehatan, dan hiburan.
“Jadi, harga yang murah harusnya tidak menutup kemungkinan untuk tetap membangun dengan konsep mixed use. Apalagi untuk kelas menengah, transportasi sangat diandalkan oleh masyarakat kelas menengah. Jadi, proyek mixed use dan TOD jadi konsep utama kami,” jelasnya.
Pada proyek skala kota Ciputra di Citra Maja Raya, Budiarsa menyebutkan bahwa pengembang sudah menjual sekitar 15.000 rumah yang 90 persen di antaranya adalah rumah murah.
Menurutnya, saat ini orang tak peduli lagi ukuran dan tipe, tapi selama pengembang mempunyai konsep yang kuat, bekerja sama baik dengan pemerintah, dan mengadopsi pengembangan hijau dan berkelanjutan, akan lebih menarik di mata konsumen.
“Rumah murah itu kan identik dengan ukuran kecil, bentuknya sama semua, fasilitas basic, dan padat. Nah, ini pengembang harus tunjukkan yang lain, desain yang cantik, modern, nyaman untuk hidup, dengan tetap terjangkau,” kata Budiarsa.
Dengan banyaknya kelebihan yang ditawarkan, meskipun menelan nilai investasi besar untuk pembangunan 2.000 hektare, tetapi pengembalian investasi yang bisa didapatkan investor maupun pembeli akhir (end user) bisa mencapai 20 persen hingga 25 persen per tahun.
“Keuntungan ini tidak hanya dari penjualan hunian, tapi juga dari ekonomi yang terbangun ketika masyarakatnya sudah terbentuk,” jelasnya.