Bisnis.com, JAKARTA - Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) memproyeksikan pemulihan industri penerbangan semestinya bisa berjalan selama tiga bulan setelah pandemi berakhir, tetapi saat ini berakhirnya pandemi belum dapat diketahui secara pasti.
Pengamat penerbangan dari Japri Gerry Soejatman mengatakan saat ini masa pemulihan industri penerbangan memang bergantung atas berlalunya pandemi dan menjadi sulit diprediksikan. Namun, sejumlah ahli memprediksikan pandemi akan berakhir antara dua sampai tiga tahun mendatang.
“Pulih itu tergantung kapan pandemi ini berlalu dan sulit diprediksi. Kalau perkiraan, selama tiga bulan harus ada pemulihan. Perjalanan dan pariwisata serba salah. Buka salah, tutup salah. Jadi memang harus melihat kondisinya,” jelasnya, Jumat (19/6/2020).
Sejauh ini, tuturnya, kebijakan pemerintah merevisi tingkat okupansi maksimal maskapai menjadi 70 persen memang akan membantu maskapai tetapi memang bukan menjadi solusi jangka panjang.
“Bisa membantu hanya jangan berharap volumenya banyak. Jumlah penerbangan masih sedikit. Jakarta ke Bali aja hanya dua penerbangan sehari dari yang tadinya belasan. Maskapai dan travel agent tidak bisa apa-apa. Membantu ya membantu, tapi dibilang solusi, masih jauh,” jelasnya.
Dia pun menyadari sebelum memasuki masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pun kekhawatiran masyarakat atas Covid-19 cukup besar. Dia menuturkan sejak awal Maret hingga Juni 2020 pemesanan untuk penerbangan domestik turun 30 persen, sedangkan internasional turun 70 persen atau dengan kata lain dari 1.200 penerbangan sehari menjadi hanya 200 penerbangan.
Baca Juga
Kondisi ini tidak hanya dialami oleh industri penerbangan tetapi juga perhotelan. Kondisi ini pun menjadi sebuah tantangan yang jika tidak antisipasi akan terjadi berkelanjutan dalam proses yang lama.
Sementara itu sekjen Astindo Pauline mengatakan mengalami penurunan penjualan hingga 95 persen. Selama Januari-Mei 2019 penjualan tiket internasional mencapai Rp11 triliun dibandingkan dengan tahun ini pada periode yang sama hanya mencapai Rp4 triliun.