Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inaca : Tarif Batas Atas Maskapai Belum Alami Kenaikan

Sebelumnya, Garuda Indonesia mengharapkan adanya kenaikan TBA dalam kondisi saat ini. Emiten berkode saham GIAA memprediksikan kenaikan itu masih dalam tahap wajar sekitar 10 persen hingga 20 persen.
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia bersiap melakukan penerbangan di Bandara internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara akhir pekan lalu (8/1/2017)./Bisnis-Dedi Gunawann
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia bersiap melakukan penerbangan di Bandara internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara akhir pekan lalu (8/1/2017)./Bisnis-Dedi Gunawann

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia National Air Carriers Association (Inaca) memastikan maskapai masih mengenakan tarif tiket pesawat dengan mengacu kepada Keputusan Menteri no 106/2019 tarif batas atas penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri.

Ketua Umum Inaca Denon Prawiraatmadja menilai harapan Garuda Indonesia untuk menaikkan Tarif Batas Atas (TBA) selama masa pandemi kendati pemerintah telah merevisi tingkat okupansi maskapai hingga 70 persen sebagai upaya wajar. Namun, kepastian kenaikan tarif lebih lanjut harus ditetapkan oleh kemenhub.

“Sejauh ini kami belum dengar dari dirjen perhubungan udara soal adanya kenaikan tarif lagi. Upaya kan boleh saja. Namun saat ini masih merujuk kepada KM106, semua maskapai masih sesuai aturan itu.” jelasnya, Senin (15/6/2020).

Sebelumnya, Garuda Indonesia mengharapkan adanya kenaikan TBA dalam kondisi saat ini. Emiten berkode saham GIAA memprediksikan kenaikan itu masih dalam tahap wajar sekitar 10 persen hingga 20 persen.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan penaikan tarif tidak mungkin hingga dua kali lipat seperti wacana sebelumnya dalam rangka membatasi masyarakat untuk mudik. Irfan menekankan saat ini konteks dan kondisinya sudah berbeda dengan ketika larangan mudik yang diputuskan oleh pemerintah.

Irfan tak menampik adanya biaya operasional tambahan yang ditanggung oleh maskapai. Menurutnya penaikkan tarif mesti dilakukan karena dalam pandemi ini maskapai tidak bisa kembali beraktivitas optimal seperti sebelum masa pandemi.

“Kalau kita nggak pernah bisa ke zaman sebelum covid, mesti ada yang nutupin cost saat ini. Apakah avtur, parkir diturunkan atau tiket naikin. Naikkin tiket mungkin kebijakan tidak populer. Namun menurut saya ke depan ini daftar prioritas cara berpikir orang naik pesawat agak sedikit berubah. Kenaikan tiket itu jadi konsiderasi baru ketika orang mau terbang,” jelasnya.

Sebagai gambaran, load factor atau tingkat keterisian penumpang garuda mencapai sekitar 70 persen penumpang untuk kelas ekonomi dengan pola kursi 3-3 yang memberi satu ruang kosong untuk setiap tiga kursi.

Sementara itu. kelas bisnis dengan konfigurasi 2-2, dapat menampung 63 persen penumpang dari kapasitas maksimum dengan satu ruang kosong dari dua kursi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper