Bisnis, JAKARTA – Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II/2020 diprediksi bakal membaik dibandingkan dengan kuartal I/2020 yang mencatatkan defisit US$8,54 miliar sejalan dengan menggemuknya cadangan devisa (cadev) per Mei 2020.
Cadangan devisa pada Mei 2020 naik US$2,62 miliar menjadi US$130,5 meneruskan kenaikan pada bulan sebelumnya sebesar US$7,18 miliar. Dengan adanya kenaikan ini, cadangan devisa pada 2020 mencatatkan pertumbuhan secara year-to-date sebesar 1,01%.
Adanya kenaikan devisa pada bulan lalu ditopang oleh capital inflow ke pasar obligasi dan saham senilai US$1,16 miliar, di mana dari pasar obligasi net capital inflow sebesar US$611 juta, sementara dari pasar saham sebesar US$552 juta.
Selain itu, nilai tukar rupiah terus menguat sehingga menunjukkan bahwa kondisi neraca finansial Indonesia sejak Mei sudah kembali pulih, setelah pada Februari dan Maret terjadi aliran dana asing keluar yang cukup signifikan.
“Peningkatan cadangan devisa yang disertai stabilnya kondisi pasar finansial, mengindikasikan bahwa rupiah diproyeksikan bergerak di kisaran 13.800—14.100 di jangka menengah,” kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Bisnis.com, Selasa (9/6/2020).
Dia menambahkan, kenaikan cadangan devisa juga didorong oleh penarikan utang luar negeri serta penempatan valas oleh perbankan.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah Indonesia menarik utang luar negeri setelah pada bulan sebelumnya menerbitkan global bond dalam rangka pembiayaan APBN yang diperkirakan akan mendorong stimulus perekonomian.