Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad menilai roda perekonomian tetap berjalan lambat, meskipun pemerintah akan memulai protokol normal baru (New Normal) untuk mengantisipasi dampak virus Corona (Covid-19).
"Pusat perbelanjaan, transportasi umum, dan perkantoran memang akan dibuka saat new normal mulai. Namun, ekonomi tidak akan langsung bergerak cepat. Pertumbuhan ada, tetapi pasti lambat," katanya ketika dihubungi Bisnis, Kamis (4/6/2020).
Dia menuturkan perlambatan tersebut terjadi lantaran telah berubahnya kondisi perekonomian masyarakat saat pandemi Covid-19, khususnya kelas menengah. Pasalnya, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah mengganggu pola produksi dan distribusi pelaku usaha, baik mikro, kecil, menengah, dan besar.
Akibatnya, pendapatan sebagian besar pekerja dan pelaku bisnis berkurang. Bahkan, tak sedikit masyarakat yang dirumahkan atau di-PHK karena perusahaan merugi.
"Meskipun banyak mal nanti dibuka, demand belum tentu tercipta. Masyarakat pasti berpikir ulang sebelum membeli barang atau komoditas hiburan," jelasnya.
Selain berkurangnya demand atau permintaan, Tauhid menilai pelaku usaha juga tidak bisa memaksimalkan jalur pemasaran karena adanya pandemi Covid-19. Wabah virus Corona, lanjutnya, telah mengubah gaya hidup atau pola sosialisasi masyarakat.
Dia mengatakan konsep social-physical distancing pasti masih akan diterapkan pada protokol new normal. Tauhid mencontohkan pelaku usaha hiburan, seperti restoran, cafe, atau bioskop, hanya bisa menyiapkan 50 persen tempat untuk konsumen.
Bukan itu saja, konsumen pun pasti akan menghindari keramaian atau belum percaya 100 persen untuk menerapkan gaya hidup yang mereka lakukan sebelum pandemi berlangsung.
"Pendapatan sektor bisnis pada periode new normal tidak akan maksimal. Suplai dibatasi, sementara itu demand belum tumbuh sepenuhnya," ungkapnya.