Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad mengatakan realisasi inflasi Mei 2020 0,07% secara month to month (mtm), mencerminkan rendahnya daya beli masyarakat di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
"Awalnya, kami berpikir akan ada peningkatan permintaan pada periode bulan puasa-lebaran tahun ini. Ternyata, inflasi Mei lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Daya beli masyarakat benar-benar terperosok," katanya ketika dikonfirmasi, Selasa (2/6/2020).
Menurutnya, realisasi inflasi yang sangat rendah pada periode puasa- lebaran bukan hanya terjadi karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Lebih dari itu, Tauhid menilai faktor penyebab anjloknya konsumsi lantaran banyaknya masyarakat yang kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan pendapatan selama pandemi Covid-19.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik, penyebab inflasi pada April 2020 adalah kenaikan tarif angkutan udara. Sebagian besar komoditas bahan makanan, seperti cabai merah, beras, bawang putih, dan minyak goreng, justru mengalami deflasi.
Dia juga mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai penurunan ekonomi secara tajam pada kuartal II/2020.
"Kalau inflasi rendah, tetapi pertumbuhan ekonomi tinggi itu bagus. Sebaliknya, inflasi rendah dan pertumbuhan ekonomi rendah justru menjadi indikasi buruk. Pemerintah harus waspada," ungkapnya.
Karena itu, Tauhid meminta pemangku kebijakan untuk memacu penyaluran bantuan sosial, khususnya bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat yang membutuhkan.
Kalangan lain yang perlu mendapat bantuan adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), khususnya terkait restrukturisasi kredit. Tauhid menambahkan bantuan restrukturisasi kredit kepada UMKM sebaiknya tidak hanya kepada perbankan, tetapi di luar perbankan.
"Perlu diketahui 83% UMKM ini belum bankable. Mereka ada yang pinjam uang ke kerabat bahkan lintah darat. Pemerintah harus memikirkan solusi juga bagi mereka," ucap Tauhid.