Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Manufaktur Indonesia Kedua Terlemah di Asean

Ekonom IHS Markit Lewis Cooper mengatakan sektor manufaktur Asia Tenggara masih lemah pada Mei. Menurutnya, penurunan kondisi produksi di Asia Tenggara merupakan salah satu yang tercepat sejak IHS Markit mencatat PMI di Asia Tenggara pada Juli 2012.
Aktivitas pekerja di pabrik ban PT Gajah Tunggal Tbk./gt-tires.com
Aktivitas pekerja di pabrik ban PT Gajah Tunggal Tbk./gt-tires.com

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja sektor manufaktur Asia Tenggara tercatat masih lemah pada Mei 2020. Indonesia, berada di urutan kedua terendah dibandingkan dengan negara-negara Asean lainnya.

Ekonom IHS Markit Lewis Cooper mengatakan sektor manufaktur Asia Tenggara masih lemah pada Mei. Menurutnya, penurunan kondisi produksi di Asia Tenggara merupakan salah satu yang tercepat sejak IHS Markit mencatat PMI di Asia Tenggara pada Juli 2012.

"Data Mei menekankan pada percepatan kontraksi pada hasil produksi dan pesanan baru yang berlanjut. Walaupun penurunan sektor manufaktur Asia Tenggara tidak seburuk pada April, data Mei 2020 tetap menjadi salah satu yang akan ditandai," ujarnya pada keterangan pers, Selasa (2/6/2020).

Lewis mencatat data PMI di beberapa negara telah menunjukkan perbaikan. Beberapa engara tersebut adalah Myanmar (38,9), Filipina (40.1), Vietnam (42,7), dan Malaysia (45,6). Adapun, PMI Singapura dan Indonesia tercatat masih berada di bawah level 30,0, yakni masing-masing di posisi 26,4 dan 28,6.

Lewis berujar Singapura merupakan negara yang paling terdampak dengan indeks PMI terendah dalam 8 tahun terakhir.

Di sisi lain, minimnya PMI Indonesia pada Mei diduga karena tindakan pencegahan berjelanjutan guna membatasi penyebaran Covid-19. Pandemi Covid-19 kembali menjadi akar dari oenutupan sektor bisnis non-utama, kemandekan transportasi, dan berkurangnya permintaan.

"Produksi dan permintaan baru terus turun pada kisaran parah, memaksa perusahaan mengurangi lapangan kerja dan inventaris guna menangani biaya di tengah-tengah penutupan bisnis besar-besaran. Khususnya, tingkat pengangguran tertinggi dalam catatan dilaporkan dalam survei terkini," ujar Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw dalam siaran pers.

Bernard menilai tindakan pencegahan pandemi Covid-19 menganggu rantai pasok sektor manufaktur. Alhasil, ujarnya, waktu pengiriman menjadi yang paling panjang sejak 9 tahun lalu.

Selain itu, Bernard berpendapat inspeksi pabean yang lebih ketat, kuragnya bahan baku, dan gangguan rute transportasi menjadi beberapa alsan utama penundaan pengiriman.

"Dengan pemerintah mempertimbangkan kembali membuka ekonomi secara bertahap mulai bulan Juni, PMI mungkin akan naik pada bulan-bulan mendatang, meskipun akan membutuhkan upaya yang lebih besar untuk memulihkan kerugian parah yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper